BUKAMATANEWS - Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan peluncuran pertama rudal balistik Khyber (Qadr H) yang dilengkapi dengan hulu ledak ganda dalam serangan terbaru terhadap Israel. Serangan ini menyebabkan Israel terguncang hebat, dengan dampak besar pada infrastruktur strategis negara tersebut.
Dalam operasi yang disebut "Gelombang ke-21 Operasi Sadeq 3," IRGC menggunakan rudal berbahan bakar padat dan cair, serta pesawat nirawak pintar, untuk melancarkan serangan besar-besaran. Rudal Khyber (Qadr H) dengan hulu ledak ganda pertama kali digunakan, memberikan taktik yang lebih akurat dan merusak, dengan target strategis diserang di seluruh wilayah Israel, dari utara hingga selatan.
Israel Electric Corporation (IEC) mengonfirmasi bahwa serangan rudal menghantam fasilitas infrastruktur strategis, menyebabkan gangguan listrik di beberapa kota. Tim IEC dilaporkan sedang berusaha memulihkan pasokan listrik di area tersebut. Selama serangan, sirene berbunyi selama 35 menit, yang merupakan periode terpanjang warga Israel habiskan di tempat perlindungan sejak dimulainya perang dengan Iran.
Meskipun militer Israel mengklaim berhasil mencegat sebagian besar rudal, salah satunya mendarat dekat fasilitas IEC di selatan Israel, mengakibatkan gangguan listrik. Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke bagian utara Teheran. Ledakan besar terdengar di ibu kota Iran, sementara serangan udara juga dilaporkan terjadi di Kaaj, barat Teheran, serta serangan pesawat nirawak di rumah sakit Bahman. Konflik ini terus meningkat, dengan kedua belah pihak saling melancarkan serangan yang semakin merusak.
TAG
BERITA TERKAIT
-
Trump Klaim Iran Serang "Lemah", Tak Ada Korban, dan Serukan Gencatan Senjata
-
Survei Ungkap Mayoritas Warga Amerika Sepakat dengan Trump bahwa Iran Merupakan Ancaman bagi AS
-
Trump Setujui Rencana Serangan ke Iran, Namun Keputusan Akhir Masih Tertunda
-
Israel Gempur Situs Nuklir Iran: Serangan Besar-besaran Tewaskan Pejabat Militer dan Ilmuwan Terkenal
-
Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS Jika Konflik Meletus Terkait Program Nuklir