Redaksi
Redaksi

Kamis, 12 Juni 2025 21:51

Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS Jika Konflik Meletus Terkait Program Nuklir

Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS Jika Konflik Meletus Terkait Program Nuklir

Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, pada Rabu (10/06), menegaskan bahwa jika AS melakukan serangan terhadap Iran, pihaknya akan membalas dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS yang ada di kawasan tersebut.

BUKAMATANEWS - Menteri Pertahanan Iran memperingatkan bahwa negaranya akan menargetkan pangkalan militer AS di kawasan Timur Tengah jika terjadi konflik dengan Amerika Serikat. Pernyataan ini muncul setelah Presiden Donald Trump mengungkapkan keraguannya terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan nuklir antara kedua negara.

Sejak April, Washington dan Teheran telah mengadakan lima putaran pembicaraan yang difokuskan pada pembatasan program pengayaan uranium Iran. Trump, yang telah mengancam untuk menyerang Iran jika kesepakatan tidak tercapai, semakin pesimis terhadap hasil pembicaraan tersebut.

Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, pada Rabu (10/06), menegaskan bahwa jika AS melakukan serangan terhadap Iran, pihaknya akan membalas dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS yang ada di kawasan tersebut.

"Jika konflik dipaksakan kepada kami, semua pangkalan AS di negara-negara tuan rumah akan berada dalam jangkauan kami," ujar Nasirzadeh kepada wartawan, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

Sementara itu, di Irak, belum ada tanda-tanda ancaman keamanan yang cukup signifikan untuk memicu evakuasi personel AS dari kedutaan besar mereka di Baghdad. Namun, laporan sebelumnya menunjukkan bahwa Washington sedang mempersiapkan langkah evakuasi sebagian staf kedutaannya dan memungkinkan ketergantungan militer untuk meninggalkan lokasi-lokasi di Timur Tengah, mengingat meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.

Pada hari yang sama, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap program nuklir yang damai. Pezeshkian menegaskan, “Kami tidak berniat mengembangkan senjata nuklir. Kami akan terus melakukan riset dalam bidang ini, namun tanpa melanggar kewajiban internasional."

Pezeshkian juga menegaskan bahwa Iran tidak akan menerima tekanan luar terkait hak mereka untuk melakukan penelitian nuklir yang sah. “Kami tidak akan membiarkan negara lain memaksakan kehendaknya pada kami," tambahnya.

Presiden AS, Donald Trump, dalam wawancara podcast pada hari Rabu, mengungkapkan semakin berkurangnya keyakinannya terhadap kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump mengatakan, "Saya lebih skeptis sekarang dibandingkan beberapa bulan lalu. Saya tidak melihat keinginan yang sama dari mereka untuk mencapai kesepakatan."

Meskipun demikian, Trump menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, meskipun kesepakatan tidak tercapai. "Sebaiknya kita hindari perang, itu lebih baik bagi semua pihak," ujarnya.

Di tengah ketegangan ini, Rusia menawarkan bantuan untuk membantu mencapai solusi dalam permasalahan nuklir Iran. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan bahwa Moskow siap memberikan bantuan praktis, termasuk penghapusan material nuklir Iran untuk diubah menjadi bahan bakar reaktor sipil.

Sementara itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang sedang bertemu di Wina, berencana untuk memilih resolusi yang mengecam Iran atas tuduhan pelanggaran kewajiban non-proliferasi nuklir. Iran, di sisi lain, menegaskan akan memberikan respons yang proporsional terhadap setiap tindakan yang diambil oleh pengawas nuklir atau negara-negara Barat.

Putaran keenam pembicaraan antara AS dan Iran dijadwalkan pada akhir pekan ini. Presiden Trump mengindikasikan bahwa pembicaraan akan berlangsung pada Kamis, sementara Iran menyebutkan bahwa pertemuan itu akan digelar pada Minggu di Oman.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, tetap optimis bahwa kesepakatan yang memastikan keberlanjutan program nuklir Iran yang damai masih mungkin tercapai. "Jika AS ingin memastikan Iran tidak memiliki senjata nuklir, itu sejalan dengan doktrin kami dan bisa menjadi dasar untuk kesepakatan," tulis Araghchi di platform sosial X.

#Iran #Donald Trump