Buku Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa Karya Clifford Geertz merupakan hasil studi penelitian Clifford Geertz dalam rentang waktu Mei 1953-September 1954, di daerah Mojokuto (nama daerah samaran yg kemudian di kenal sebagai Kediri) Jawa Timur. Buku ini menjadi salah satu referensi yang mewarnai perspektif politik Indonesia dalam menganalisa preferensi pilihan politik masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa.
Dalam perkembangan politik kekinian, perspektif ini bermetamorfosa dan disederhanakan menjadi idologi kanan, tengah dan kiri. Kanan disimplikasi menjadi Partai-Partai Islam, Tengah Partai-Partai Nasionalis dan Kiri Partai-Partai sosialis dan liberal.
Diakui atau tidak diakui, perspektif politik masyarakat Indonesia dalam preferensi pilihan politik terjebak pada kategorisasi ini; kanan, tengah, kiri. Anis Matta dalam pidato-pidato politiknya mulai mendekonstruksi perspektif ini. Perspektif ini cenderung menciptakan pembelahan politik di masyarakat.
Menurut Anis Matta, Indonesia harus keluar dari perspektif pembelahan ini. Karakter orang Indonesia menurut Anis Matta pada dasarnya adalah "moderasi". Dan dengan meningkatnya indeks demokrasi Indonesia pasca reformasi maka karakter moderasi ini menguat. Karakter ini yang pada akhirnya akan membentuk pemilih cerdas dimana lebih percaya pada narasi dan gagasan politik.
Istilah Kanan, tengah, dan kiri, dalam perspektif politik ke depan sudah tidak relevan, masyarakat lebih membutuhkan diyakinkan dalam agenda-agenda politik ke depan. Partai Politik atau politisi yang mampu meyakinkan masyarakat dalam tawaran-tawaran politiknya yang akan memenangkan hati masyarakat.
Fleksibelitas dan moderasi dalam tawaran-tawaran politik kemudian mengakomodasi kearifan lokal dengan berbagai karakter budaya, adat-istiadat serta dinamika sosial-politik lokal menjadi variabel yang sangat relevan dibanding dengan pendekatan kanan, tengah dan kiri dalam mempengaruhi preferensi politik masyarakat sekarang ini.
Pilihan issue, konten dan gaya komunikasi, teknis alat peraga, optimalisasi media-sosial, pendekatan teritorial dan budaya lokal akan menjadi hal yang sangat relevan dibandingkan pendekatan kanan, tengah, kiri dalam memikat pemilih.
Kontestasi politik menjadi kompetitif dan dinamis. Tidak terjebak pada pembelahan ideologis tetapi lebih pada pertarungan ide dan komunikasi di lapangan. Mungkin juga perang gimmick dan opini atau pencitraan. Tetapi itu juga bagian dinamisasi dan pilihan strategi komunikasi. Rakyat harus diberikan banyak pilihan-pilihan, karena selera politik rakyat sekarang ini dinamis, tak menentu bahkan cenderung disruptif. Strategi yang relevan yang akan memenangkan pertarungan.
Editor : Ibnu Kasir Amahoru