Bupati Pinrang Lepas Bantuan Pangan untuk Alokasi Oktober - November 2025
19 November 2025 12:06
Sebuah indikasi kuat bahwa pembakaran ini dilakukan dengan sengaja, sebuah aksi pembalasan yang menghanguskan hak puluhan keluarga untuk berteduh.
MAKASSAR, BUKAMATANEWS - Sebuah kompleks pemakaman di Tallo, Makassar, yang seharusnya menjadi tempat peristirahatan terakhir, justru berubah menjadi panggung horor. Bukannya hening, kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Beroangin bergema dengan ledakan petasan dan pekikan amarah. Pada Selasa (18/11/2025) siang, tujuh rumah warga yang berdiri di sekitar lokasi itu hangus menjadi abu, disulut oleh dendam kesumat yang tak kunjung padam antara dua kampung tetangga: Borta dan Sapiria.

Tragedi ini bukanlah bara yang tiba-tiba membara, melainkan puncak dari gunung es konflik yang telah memakan korban. Sebelum jeritan "kebakaran!" terdengar, sebuah nyawa telah lebih dulu melayang. Nur Syam (40), warga Sapiria, tewas dengan luka di kepalanya, diduga akibat tembakan senapan angin. Kematiannya bagai bensin yang menyulut bara lama, mengobarkan kembali pertikaian yang membuat kawasan itu mencekam.
Peringatan yang Tak Cukup, Akses yang Terkunci
Yang membuat hati miris, bencana ini sebenarnya sudah bisa diantisipasi. Petugas Pemadam Kebarakan (Damkarmat) Makassar telah mendapat informasi akan adanya "perang kelompok" dan telah menempatkan armada di sekitar lokasi.
"Informasi kejadian ini masuk kurang lebih jam 01:30 Wita, tapi sebelumnya memang sudah ada informasi terkait akan ada tawuran di situ," ujar Kepala Bidang Operasi Damkarmat, Cakrawala, di lokasi kejadian.
Namun, niat baik itu terhalang oleh realita di lapangan. Saat panggilan darurat kebakaran akhirnya masuk, petugas harus berjuang melawan dua musuh sekaligus: si jago merah dan kerumunan massa yang masih bertikai. Akses menuju titik api terhambat parah; jalanan padat oleh kepanikan dan lalu lintas yang macet akibat kerusuhan.
"Kalau untuk terhalang, iya betul. Lalu lintas pada saat itu padat sekali untuk menuju lokasi karena akibat kejadian tawuran," tutur Cakrawala, menggambarkan betapa upaya penyelamatan terpasung oleh kekacauan yang dibuat manusia sendiri.
Dengan susah payah, 13 hingga 15 armada dari berbagai pos dikerahkan. Tapi, semua sudah terlambat. Tujuh rumah warga telah ludes dilalap api. Di tengah puing-puing yang masih membara, petugas menemukan bukti yang mengerikan: jerigen berisi bahan bakar. Sebuah indikasi kuat bahwa pembakaran ini dilakukan dengan sengaja, sebuah aksi pembalasan yang menghanguskan hak puluhan keluarga untuk berteduh.
Dendam Turun-Temurun dan Korban yang Tak Bersalah
Kapolsek Tallo, Kompol Syamsuardi, membenarkan insiden berdarah ini dan menghimbau warga untuk menjauhi lokasi yang masih dianggap rawan. "Saya himbau, jangan mendekat di situ. Cari jalan lain," pesannya.
Namun, himbauan ini seperti menutupi luka dengan plester. Konflik Borta dan Sapiria adalah luka lama yang terus bernanah. Ini bukan bentrokan pertama, dan korban yang jatuh pun bukan hanya dari kalangan pemuda yang bertikai.
Beberapa bulan sebelumnya, seorang bocah berusia 8 tahun harus menjadi korban keganasan yang tak ia pahami. Saat sedang asyik bermain, anak malang itu tertembus anak panah di pipinya oleh peluru nyasar dari medan pertempuran yang sama. Ia selamat, tetapi lukanya menjadi saksi bisu betawa warga tak bersalah selalu menjadi sandera dalam permainan berbahaya ini.
Kematian Nur Syam hanyalah babak terbaru dari lingkaran setan kekerasan. Polisi masih menyelidiki apakah ia tewas oleh peluru senapan angin atau faktor lain. Namun, bagi warga yang rumahnya kini menjadi abu, penyebab pastinya mungkin tak lagi relevan. Yang tersisa adalah trauma, kemarahan, dan pertanyaan yang menggantung: sampai kapan perdamaian akan dikuburkan di pemakaman yang sama, sementara api permusuhan terus dinyalakan?
19 November 2025 12:06
18 November 2025 22:37
19 November 2025 09:37
19 November 2025 09:33
19 November 2025 12:06