Redaksi
Redaksi

Minggu, 27 Juli 2025 16:16

Kamboja dan Thailand Siap Gencatan Senjata, Tapi Dentuman Senjata Masih Menggema di Perbatasan

Kamboja dan Thailand Siap Gencatan Senjata, Tapi Dentuman Senjata Masih Menggema di Perbatasan

Kamboja dan Thailand menyatakan siap gencatan senjata, namun pertempuran masih berlanjut. Lebih dari 168.000 warga telah mengungsi akibat konflik.

Pada Minggu pagi, juru bicara militer Thailand Kolonel Richa Suksowanont menyatakan pasukan Kamboja meluncurkan artileri ke wilayah Provinsi Surin, termasuk ke kawasan pemukiman sipil. Ia juga menuduh Kamboja menargetkan kuil kuno Ta Muen Thom, wilayah yang diklaim kedua negara.

“Operasi medan perang akan terus berjalan sampai ada langkah nyata dari Kamboja. Gencatan senjata tidak akan berarti jika tidak ada itikad baik dan penghormatan terhadap hukum humaniter,” tegasnya.

Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Kamboja menuding militer Thailand meningkatkan eskalasi dengan melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Kamboja menggunakan tank dan artileri. Jubir Letjen Maly Socheata menyebut tindakan tersebut sebagai upaya sabotase terhadap proses damai.

“Tindakan Thailand memperjelas niat mereka untuk meningkatkan konflik, bukan meredakannya,” ujarnya.

Korban jiwa terus bertambah. Thailand melaporkan satu korban jiwa tambahan pada Minggu, menjadikan total korban tewas dari pihak mereka menjadi 21 orang, mayoritas warga sipil. Kamboja menyebut 13 orang warganya tewas.

Lebih dari 131.000 warga Thailand telah dievakuasi ke tempat aman, sementara lebih dari 37.000 warga Kamboja terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sekolah dan rumah sakit di wilayah perbatasan sebagian besar tutup. Desa-desa sepi, sebagian menjadi zona bahaya.

Di antara para pengungsi, Pichayut Surasit, seorang teknisi AC di Bangkok, memilih pulang ke kampung halaman di Kap Choeng, salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak.

“Saya tidak tega tinggal di Bangkok ketika keluarga saya dalam bahaya. Saya hanya ingin mereka aman,” ujarnya di tempat pengungsian Surin yang kini menampung 6.000 orang.

Bualee Chanduang, seorang pedagang yang mengungsi bersama keluarga dan kelinci peliharaannya, mengandalkan doa.

“Saya berdoa agar kedua pihak mau berunding. Rakyat kecil seperti kami hanya ingin damai,” katanya lirih.

Dewan Keamanan PBB telah meminta ASEAN untuk mengambil peran sebagai mediator perdamaian. Human Rights Watch mengecam laporan penggunaan munisi tandan—senjata yang dilarang oleh hukum internasional—dan mendesak kedua negara menghentikan penggunaan senjata mematikan di wilayah berpenduduk padat.

Dengan sejarah perbatasan sepanjang 800 kilometer yang kerap menjadi sumber ketegangan selama puluhan tahun, krisis terbaru ini menjadi ujian besar tidak hanya bagi Thailand dan Kamboja, tapi juga bagi efektivitas diplomasi regional dan internasional dalam mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar.

#gencatan senjata #Kamboja - Thailand

Berita Populer