Wapres Gibran Buka Gebyar ABG, Dorong Kolaborasi Nasional untuk Kemandirian Obat
15 November 2025 21:15
Komunitas Batak Muslim Sulsel memulai pembangunan Masjid Dalihan Na Tolu di Maros. Masjid ini menjadi simbol persatuan, keterbukaan, dan harmoni lintas budaya.
MAROS, BUKAMATANEWS - Sebuah momen bersejarah tercipta di Dusun Mangempang, Desa Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dalam suasana khidmat penuh nuansa persaudaraan lintas budaya, prosesi peletakan batu pertama Masjid Batak Dalihan Na Tolu resmi dilaksanakan pada Sabtu (26/7).

Masjid ini bukan sekadar rumah ibadah, melainkan akan menjadi pusat spiritual dan sosial yang mewakili kehadiran dan kontribusi komunitas Batak Muslim di Sulawesi Selatan. Dengan mengusung filosofi Dalihan Na Tolu—sebuah konsep luhur dalam budaya Batak yang menekankan pentingnya saling menghormati, mendukung, dan menjaga harmoni—pembangunan masjid ini membawa pesan kebersamaan dalam keberagaman.
Ketua Ikatan Keluarga Dalihan Na Tolu Sulsel, Ir. H. Jurianto Sirait, M.Si, menegaskan bahwa masjid ini akan menjadi ruang terbuka, bukan hanya bagi warga Batak Muslim, tetapi juga bagi seluruh umat Islam tanpa memandang latar belakang.
“Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kebudayaan, sosial, dan sekretariat keluarga besar Batak Muslim di Sulsel. Ini adalah simbol keterbukaan dan kebersamaan,” ungkapnya.
Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Haidir Fitra Siagian, menyampaikan apresiasi dan rasa syukur atas dukungan berbagai pihak. Ia berharap, masjid ini bisa digunakan untuk tarawih pertama kalinya pada bulan Ramadan mendatang.
“Masjid ini adalah rumah Allah yang inklusif, sengaja kami rancang tanpa pagar agar terbuka dan mudah diakses siapa pun. Semoga bisa menjadi perekat ukhuwah Islamiyah, bukan hanya secara keimanan, tapi juga secara sosial dan budaya,” kata Haidir, yang juga dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Prosesi simbolik peletakan batu pertama dilakukan oleh Bupati Maros bersama Kepala Biro Kesra Provinsi Sulawesi Selatan, disaksikan oleh unsur Forkopimda, Tripika Moncongloe, dan tokoh-tokoh agama dari berbagai ormas seperti MUI, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, hingga Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Kepala Desa Moncongloe Lappara juga turut hadir memberikan dukungan penuh.
Kegiatan ini berlangsung dengan tertib dan penuh kekhidmatan, diakhiri dengan doa bersama agar proses pembangunan masjid berjalan lancar dan membawa berkah bagi semua.
Penasihat Dalihan Na Tolu Sulsel, Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar, M.Si, mengungkapkan harapannya agar masjid ini bisa menjadi wadah silaturahmi, pusat penguatan iman, dan penggerak kegiatan sosial yang terbuka bagi semua kalangan.
Yang tak kalah menarik, acara ini juga melibatkan generasi muda. Mara Athirah Siagian, santri kelas 12 dari Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah Sulsel, tampil memukau sebagai pembawa acara. Suaranya yang tenang dan wibawa yang kuat menghadirkan aura damai yang memperkuat pesan utama kegiatan ini: Islam adalah agama kasih sayang dan persaudaraan.
Dengan berdirinya Masjid Batak Dalihan Na Tolu, masyarakat Muslim Batak di Sulawesi Selatan menorehkan sejarah baru dalam lanskap keberagaman bangsa. Masjid ini diharapkan menjadi mercusuar spiritual sekaligus ruang kolaborasi sosial lintas suku dan budaya.
Sebuah rumah besar untuk bernaung, beribadah, dan berbagi kasih—dalam semangat Dalihan Na Tolu yang mengakar kuat pada nilai-nilai universal kemanusiaan dan persatuan.
15 November 2025 21:15
15 November 2025 17:18
15 November 2025 17:11
15 November 2025 14:46
15 November 2025 14:14