Wiwi
Wiwi

Rabu, 04 September 2024 07:37

Netanyahu Disebut Hilang Arah, Pemerintahan Israel Terancam Pecah

Netanyahu Disebut Hilang Arah, Pemerintahan Israel Terancam Pecah

Netanyahu menolak untuk membuat "konsesi" dalam perundingan yang mandek atau "menyerah pada tekanan" untuk mengakhiri perang yang kini memasuki bulan ke-12.

BUKAMATA - Benny Gantz, rival politik utama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menuduh pemimpin itu mengutamakan kepentingan pribadinya di atas kepentingan negara.

Hal ini disampaikan setelah Netanyahu kembali menegaskan pentingnya kontrol Israel atas perbatasan Gaza-Mesir pada Senin (2/9/2024), yang menjadi hambatan utama dalam kesepakatan gencatan senjata.

Dalam pidatonya di Konferensi Asosiasi Pengacara Israel di Tel Aviv pada Selasa (3/9/2024), Gantz, yang merupakan pemimpin partai tengah-kanan National Unity, mengatakan bahwa Netanyahu telah "kehilangan arah" dan "melihat dirinya sebagai negara ... ini berbahaya," ujarnya, dilansir The Guardian.

Netanyahu sebelumnya menegaskan bahwa Israel harus tetap mengontrol koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir. Sikap ini dikritik karena dianggap menghambat upaya perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera dalam perang dengan Hamas.

Gantz menilai bahwa meskipun koridor tersebut penting untuk mencegah Hamas dan militan Palestina lainnya menyelundupkan senjata ke Gaza, keberadaan tentara di sana hanya akan menjadi "sasaran empuk" dan tidak akan mampu menghentikan pembangunan terowongan.

Dia juga membantah pernyataan Netanyahu bahwa tekanan internasional akan sulit untuk membuat Israel kembali ke Philadelphia jika mundur dari koridor tersebut. Gantz juga menyerukan pemilihan umum baru.

Netanyahu, yang jarang memberikan pidato sejak 7 Oktober, menyampaikan pidato di televisi pada Senin sebagai respons terhadap protes besar-besaran di seluruh Israel yang menuntut kesepakatan dan aksi mogok umum setelah ditemukannya enam sandera yang dibunuh di Gaza.

Netanyahu menolak untuk membuat "konsesi" dalam perundingan yang mandek atau "menyerah pada tekanan" untuk mengakhiri perang yang kini memasuki bulan ke-12.

Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya dalam negosiasi panjang, Netanyahu "menghancurkan segalanya hanya dalam satu pidato."

Pada Juli lalu, Hamas dan Israel sepakat secara prinsip untuk melaksanakan rencana tiga tahap yang diajukan oleh Joe Biden pada Mei.

Namun, Hamas mengatakan bahwa versi terbaru dari proposal tersebut menyimpang jauh dari rencana awal karena adanya tuntutan baru dari Israel, termasuk penempatan permanen militer Israel di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir dan koridor Netzarim.

Isu Philadelphia juga menyebabkan ketegangan dalam kabinet Netanyahu. Menteri Pertahanan Yoav Gallant secara terbuka meminta Netanyahu untuk berkompromi dalam masalah ini, menekankan bahwa pembebasan sandera di Gaza seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah.

Dalam perkembangan terkait, puluhan ribu warga Israel turun ke jalan pada Minggu dan Senin untuk menyuarakan kemarahan atas kematian sandera dan memprotes penanganan pemerintah terhadap perang.

Banyak warga Israel, selain Gantz, menuduh Netanyahu lebih mementingkan kelangsungan politiknya daripada nyawa sandera.

Di Gaza, serangan udara Israel dan pertempuran darat antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hamas terus berlanjut tanpa henti. Pada Selasa, dua orang tewas akibat serangan Israel di sebuah kamp pengungsian dekat Khan Younis.

Sementara itu, IDF telah mengubah kebijakan mereka terhadap kekerasan yang meningkat di Tepi Barat yang diduduki, dan kini menganggap wilayah tersebut sebagai "front sekunder." Pejabat pertahanan Israel mengkhawatirkan bahwa situasi di Tepi Barat dapat semakin memanas, bahkan ketika perang di Gaza berlanjut dan ketegangan dengan Hizbullah di perbatasan Lebanon tetap tinggi.

#Benjamin Netanyahu #Israel #perang israel palestina