Tipikor Polres Jeneponto Limpahkan Kepala Desa Tersangka Korupsi Aset ke Kejaksaan
22 Oktober 2025 23:48
Keputusan BMKG untuk membangun dua gedung baru command center di Jakarta dan Bali sebagai antisipasi terhadap ancaman amblas imbas megathrust.
BUKAMATA - Dalam sebuah Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR pada Kamis 14 Maret 2024, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan keputusan mengejutkan terkait rencana pindah ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Alih-alih pindah ke IKN sesuai rencana awal, BMKG memutuskan untuk membangun dua gedung baru untuk pusat komando (command center) sebagai tindakan antisipatif terhadap ancaman yang muncul.
Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System/InaTEWS), yang saat ini digunakan oleh BMKG, diketahui berdiri di atas tanah lunak. Menurut penjelasan Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, gedung tersebut sebenarnya bekas Bandara Kemayoran yang tidak dirancang untuk keperluan peringatan dini.
"Usianya 40 tahun lebih. Dan yang berbahaya bukan usianya yang tua, tetapi ternyata karena dulu dirancang tidak untuk peringatan dini, ternyata berdiri di atas tanah lunak, di bawah gedung itu sudah kami selidiki tanahnya itu berair dan sepertinya rawa," ungkap Dwikorita dalam rapat tersebut.
Ubah Rencana
BMKG menyadari bahwa gedung yang mereka gunakan saat ini berpotensi amblas akibat guncangan gempa, terutama setelah mempertimbangkan skenario gempa dengan kekuatan seperti yang terjadi di Palu (Magnitudo 7,4).
Dalam konteks tersebut, peralatan-peralatan deteksi dini canggih di dalam gedung itu pun menjadi tidak berfungsi saat terjadi gempa besar.
Dalam upaya mengatasi risiko ini, BMKG awalnya berencana untuk memindahkan seluruh markas mereka ke IKN. Namun, karena IKN masih dalam tahap awal pembangunan dan waktu yang tidak pasti, BMKG memutuskan untuk tidak menunggu dan membangun dua gedung baru sebagai langkah antisipatif.
Gedung Baru di Jakarta dan Bali
Berdasarkan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pembangunan gedung BMKG belum dimasukkan dalam rencana jangka pendek. Oleh karena itu, BMKG mengusulkan kepada DPR untuk menggunakan anggaran sekitar Rp235 miliar dari dana US$85 juta dari World Bank untuk membangun dua gedung baru; satu di Kemayoran, Jakarta, dan satunya di Denpasar, Bali.
Dwikorita menjelaskan bahwa pembangunan gedung di Jakarta akan memakan biaya lebih besar karena akan menerapkan teknologi pencegah gedung amblas, yaitu base isolator. "Agar kalau ada guncangan gempa gedung tidak roboh, fondasi dibuat dalam, agar tidak tersedot kalau terjadi gempa," kata Dwikorita.
Antisipasi Gempa Megathrust
BMKG juga menjelaskan bahwa keputusan membangun dua gedung baru merupakan tindakan antisipatif terhadap potensi gempa megathrust yang dapat terjadi di wilayah Jakarta.
Dalam kondisi Jakarta lumpuh akibat gempa, sistem peringatan dini akan dialihkan ke Denpasar sebagai bagian dari sistem kontinuitas yang disiapkan oleh BMKG.
Megathrust merupakan daerah pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami dahsyat yang bisa 'pecah' secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.
BMKG berharap bahwa dengan langkah-langkah antisipatif ini, mereka dapat terus memberikan pelayanan yang optimal dalam memberikan peringatan dini terhadap bencana alam bagi masyarakat Indonesia, serta meminimalisir risiko terhadap kehidupan dan properti.
22 Oktober 2025 23:48
22 Oktober 2025 21:13
22 Oktober 2025 17:45