BUKAMATA - Hasil survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan kinerja penjualan eceran secara tahunan diperkirakan meningkat pada Maret 2023.
BI mencatat, indeks penjualan riil (IPR) pada Februari 2023 sebesar 201,2, meningkat 0,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,6 persen yoy.
Kinerja penjualan eceran yang meningkat tersebut didorong oleh pertumbuhan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Subkelompok Sandang, sementara Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi juga tercatat membaik dari bulan sebelumnya meski masih berada dalam fase kontraksi.
"Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif sebesar 7,0 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya berada pada fase kontraksi sebesar 3,4 persen (mtm)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono seperti dikutip dari website BI, Rabu (12/4).
Peningkatan terjadi pada seluruh kelompok, terutama pada Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Makanan, Minuman dan Tembakau seiring dengan periode bulan Ramadan 1444 H, strategi potongan harga yang dilakukan ritel, serta kelancaran distribusi yang mendorong peningkatan permintaan domestik.
Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada Mei dan Agustus 2023 akan mengalami penurunan.
Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Mei dan Agustus 2023 masing-masing tercatat sebesar 130,3 dan 128,1, lebih rendah dari 145,1 dan 133,5 pada periode sebelumnya.
"Penurunan tersebut sejalan dengan telah berlalunya periode bulan Ramadan dan Idulfitri 1444 H, serta kelancaran distribusi barang," pungkasnya.
BERITA TERKAIT
-
Sukses Lewati 2024 Sebagai Tahun Politik, Prof Zudan Ajak Masyarakat Sambut 2025 Sebagai Tahun Ekonomi dan Investasi
-
Geledah Ruangan Gubernur BI, KPK Amankan Sejumlah Barang Bukti
-
Anjlok lagi, Rupiah dekati Rp16.300 per USD
-
Menteri Luar Negeri China dan Indonesia Bahas Investasi dan Kerja Sama Bilateral di Bidang Hilirisasi
-
Kenaikan Tarif PPN Jadi 12% pada 2025, Berpotensi Picu Lonjakan Inflasi