Dewi Yuliani
Dewi Yuliani

Kamis, 11 Agustus 2022 23:04

Perempuan Top Viralkan Perdamaian, Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme Melalui FKPT, yang dilaksanakan di Kantor Bupati Gowa, Kamis, 11 Agustus 2022.
Perempuan Top Viralkan Perdamaian, Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme Melalui FKPT, yang dilaksanakan di Kantor Bupati Gowa, Kamis, 11 Agustus 2022.

Perempuan Rentan Terpapar Radikalisme dan Terorisme

Persentase mereka yang terpapar radikalisme dan terorisme terus meningkat, paling banyak dikarenakan pemahaman agama yang keliru.

GOWA, BUKAMATA - Kaum perempuan sangat rentan terpapar radikalisme dan terorisme. Menurut Kepala Bidang Perempuan dan Anak FKPT Sulsel, Prof Farida Pattinggi, kecenderungannya mencapai 20 persen.

"Perempuan sangat rentan terpapar paham-paham radikalisme dan terorisme. Apalagi sekarang dengan adanya media sosial, sehingga komunikasi itu cepat sekali. Dan pengguna media sosial itu paling banyak adalah perempuan," kata Prof Farida, pada acara Perempuan Top Viralkan Perdamaian, Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme Melalui FKPT, yang dilaksanakan di Kantor Bupati Gowa, Kamis, 11 Agustus 2022.

Ia mengungkapkan, perempuan rentan terpapar radikalisme dan terorisme karena kekurangtahuan mereka terhadap isu ini. Mereka juga gampang tersentuh perasaannya, sehingga lebih mudah dipengaruhi.

"Mungkin dalam pemahaman agama masih dangkal sehingga mudah terprovokasi. Karena itu, kami di FKPT membuat kontra radikalisme dengan cara-cara seperti ini, melalui sosialisasi," ujarnya.

Prof Farida menambahkan, mereka yang terpapar radikalisme dan terorisme juga ada dari kalangan terdidik. Seperti dosen juga guru. Begitupun dengan kalangan milenial.

Sementara, Ketua FKPT Sulsel, Dr KH Muammar Muhammad Bakry LC MA, mengungkapkan, persentase mereka yang terpapar radikalisme dan terorisme terus meningkat, paling banyak dikarenakan pemahaman agama yang keliru. Ia menceritakan, pernah didatangi salah seorang warga Kabupaten Wajo, lalu menceritakan jika isterinya ingin pergi ke Suriah.

"Isterinya membujuk suaminya agar mau pindah ke Suriah, karena Indonesia ini tidak bagus. Bukan negara yang diridhoi. Karena suaminya tidak mau pergi, isterinya yang berprofesi sebagai guru, pergi sendiri. Padahal, dia hanya mengenal orang yang mengajaknya itu lewat sosial media," tuturnya.

"Nah, saat isterinya dari Turki menuju Suriah, dia tertangkap. Dan dideportasi kembali ke Indonesia. Sekarang alhamdulillah sudah berkumpul lagi dengan suaminya," sambungnya.

Ia mengingatkan agar kaum perempuan lebih berhati-hati dalam bersosial media. Jangan sampai, terdoktrin oleh hal-hal yang bersifat radikalisme dan terorisme. (*)

#FKPT #Radikalisme #Terorisme