Wapres Gibran Buka Gebyar ABG, Dorong Kolaborasi Nasional untuk Kemandirian Obat
15 November 2025 21:15
Dinas Sosial Kota Makassar sementara menggodok Rumah Penampungan Trauma Center (RPTC) untuk menangani persolan anjal dan gepeng yang masih marak di Kota Makassar.
MAKASSAR, BUKAMATA - Penanganan anak jalanan, gelandangan dan pengemis (anjal dan gepeng) masih krusial di Kota besar seperti Kota Makassar.

Lemahnya penegakan Peraturan Daerah (Perda) di Kota Makassar membuat intensitas kehadiranya tidak menurun.
Dinas Sosial Kota Makassar sementara menggodok Rumah Penampungan Trauma Center (RPTC) untuk menangani persolan anjal dan gepeng yang masih marak di Kota Makassar.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Makassar, Aulia Arsyad mengatakan, RPTC akan dibuat setelah dikeluarkannya SK Wali Kota Makassar terkait dengan satgas penanganan anak jalanan.
“Untuk tahap sekarang ini kami lagi tunggu SK Wali Kota. Memang selama ini, setelah dilakukan razia dan kita asesmen di kantor memang dia kembali lagi ke jalan,” ujarnya, Selasa, 22 Maret 2022.
Lokasi pengadaan PRTC akan dibuat di jalan Abdullah Daeng Sirua. Anjal dan gepeng yang kena razia akan disimpan di RPTC selama tiga hari.
“Makanya nanti kalau sudah ada SK Wali Kota kita simpan di RPTC selama tiga hari untuk dibina,” terangnya. Aulia mengatakan, penanganan anjal dan gepeng tidak hanya Dinsos yang menangani.
Aulia mengatakan, penanganan anjal dan gepeng tidak hanya Dinsos yang menangani.
Keterlibatan RT/RW, Lurah dan Camat diperlukan untuk menangai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Makassar.
Selama ini, laporan yang diterima di Dinsos Makassar kebanyakan dari warga. Sangat jarang didapati laporan langsung dari Lurah dan Camat. Aulia mengatakan, fungsi kontrol RT/RW ke warga perlu dimaksimalkan. Sehingga RT/RW tahu warganya yang menjadi pendatang atau warga urban.
“Mereka (warga) tidak lapor ke lurahnya. Misalnya seperti 9 indikator RT/RW kemarin bagus, ada buku admnistrasi. RT/RW kan harusnya mencatat nama-namanya di wilayah masing-masing. Fungsi kontrol ada,” jelas Aulia.
“Kita dinsos kan terbatas kita tidak langsung ke lorong-lorong. paling kita kalau penjangkauan ada lansia terlantar kita turun, orang terlantar kita turun seperti itu,” tambahnya Aulia menyebut, kebanyakan warga urban yang masuk ke Makassar untuk mengemis.
“Seperti lansia terlantar, ada orang dengan gangguan jiwa (odgj). Orang terlantar itu rata-rata dari luar sebenarnya. Sudah ada pernah dipulangkan ke luwu utara, ada Tator, Sinjai, Bulukumba dan bantaeng,” sebutnya.
Pendapatan perhari anjal dan gepeng sebesar Rp300 ribu perhari. Kebanyakan mereka mangkal di simpang lima Mandai. Mereka menyewa kos-kosan untuk ditimpati tinggal.
“Karena di sana memang banyak kos-kosannya. Informasi di terima 300 ribu perhari dia dapat satu orang dan bukan orang situ. Ada orang maros, ada dari Gowa, ada dari Makassar sendiri. Mereka menyewa Kost-kosanya juga Rp150 ribu perbulan,” ujar Aulia.
Meski akan dibangun RPTC di Kota Makassar, Aulia menganggap itu belum maksimal. Sebab banyaknya anjal dan gepeng di Kota Makassar tidak mampu nemampung PRTC nantinya.
“Makanya pak wali sampaikan masalah pengadaan lahan untuk rehabilitasi untuk Lingkungan Pondok sosial (Liponsos). Nanti kita namakan Balla Passili,” urainya.
15 November 2025 21:15
15 November 2025 17:18
15 November 2025 17:11
15 November 2025 14:46
15 November 2025 14:14