Dewi Yuliani
Dewi Yuliani

Sabtu, 15 November 2025 17:11

Fahri Hamzah
Fahri Hamzah

Idealisme dan Gagasan Perlahan Mulai Kalahkan Dominasi Uang dalam Demokrasi Pemilu

Wakil Ketua Umum Partai Gelora berharap fenomena terpilihnya Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda Indonesia untuk terus konsisten dalam memperjuangkan gagasannya.

JAKARTA, BUKAMATANEWS - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menegaskan bahwa uang tidak lagi mendominasi dalam pelaksanaan pesta demokrasi pemilu. Perlahan pandangan publik mulai berubah, melihat gagasan apa yang ditawarkan oleh seorang pemimpin yang maju dalam kontestasi Pemilu, untuk memperbaiki keadaan.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat menjadi narasumber dalam Kajian Pengembangan Wawasan Kebangsaan Bagian 2 yang digelar secara daring, Jumat malam, 14 November 2025.

"Terpilihnya Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York sesuatu yang menarik. Dia seorang anak muda, muslim dan lahir dari orang tua keturunan India. Tapi bisa menarik hati masyarakat New York yang didominasi uang, dan memenangkan pertarungan, karena dia dari awal membawa gagasan," kata Fahri Hamzah.

Artinya, dalam negara demokrasi, dominasi uang dalam pemilu, bisa dikalahkan oleh idealisme yang dibiayai oleh banyak orang, karena mereka tertarik dengan gagasan yang dibawa Zohran Mamdani.

Sebagai negara demokrasi, Fahri berharap hal itu juga terjadi di Indonesia di masa mendatang, dalam hajatan pemilu lima tahunan.

"Dalam setiap pemilu, kita ingin kontestasi pemimpin itu adalah kontestasi gagasan, bukan kontestasi uang. Sekarang justru uang yang mendominasi daripada gagasan dalam setiap kampanye," ujar Fahri.

Sehingga tidak mengherankan apabila kualitas wakil rakyat yang terpilih dalam Pemilu Legislatif lalu, didominasi oleh anggota dewan yang suka flexing, joget-joget dan lain-lain.

"Karena dua metode pembiayaan pemilu kemarin, memfasilitasi orang kaya dan artis-artis yang mengandalkan kepopuleran saja. Tapi tidak mempunyai pengetahuan untuk memimpin negara," katanya.

Wakil Ketua DPR Periode 2019-2024 ini tidak pernah melihat mereka berbicara mengenai negara, atau menulis artikel tentang konsep kehidupan masyarakat dan sebagainya. "Sehingga ketika jadi pemimpin dan setelah jadi pemimpin pun tidak berbuat apa-apa, karena basis kemenangan mereka adalah banyaknya uang dan kata populer," katanya.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora berharap fenomena terpilihnya Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda Indonesia untuk terus konsisten dalam memperjuangkan gagasannya.

"Saya berharap anak-muda sekarang tidak hanya baca buku, tetapi mulai berlatih di depan kaca, membuat video, membuat narasi kebangsaan, memikirkan daerahnya dan negara," katanya.

Mereka, lanjut Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman RI ini, bisa memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twitter (X), Instagram, TikTok dan lain-lain untuk menjelaskan masalah kebangsaan kepada masyarakat.

"Ini juga berlaku bagi kader Partai Gelora. Tidak masalah survei kita 0 persen, tetapi ketika kita mulai bicara keadaan masyarakat, mewakili perasaan masyarakat. Maka apabila dilakukan secara konsisten, rakyat akan mengikuti kita," ujarnya.

Partai Gelora, menurut Fahri, telah membekali kader dan fungsionarisnya dengan ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan mereka.

Yakni melalui Kajian Pengembangan Wawasan dengan tiga materi, yakni Wawasan Keislaman, Wawasan Geopolitik dan Wawasan Kebangsaan.

Khusus mengenai materi Wawasan Kebangsaan yang dibawakannya, Fahri berharap kader dan fungsionaris Partai Gekora dapat memahami wawasan Kebangsaan sebagai cita-cita kolektif bangsa. Sehingga pada akhirnya dapat memahami peta dunia dan mendorong langkah kongkret kebangkitan Indonesia menjadi negara superpower baru dunia.

"Sebagai perawi masa depan, Partai Gelora juga konsisten dengan gagasan besar, memperjuangkan kebangkitan Indonesia menjadi superpower baru dunia," pungkas Fahri. (*)

#Partai Gelora #Fahri Hamzah #Pemilu #Politik uang