POLMAN, BUKAMATA - Sebanyak 180 jiwa warga Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, mengungsi ke kabupaten tetangga. Tepatnya di Kelurahan Tinambung, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polman.
Relawan KOPEL Indonesia, menyambangi lokasi pengungsian korban. Alasan mereka keluar dari daerah terdampak gempa, karena khawatir dengan gempa susulan yang setiap saat datang mengancam.
"Kami tidak tenang di sana. Setiap saat terjadi gempa susulan. Kami takut," ungkap salah seorang pengungsi kepada tim Relawan KOPEL.
Baca Juga :
Pantauan Relawan KOPEL Indonesia, ada 39 KK yang mengungsi dari Mekkatta. Terdiri atas 180 jiwa. Sebagian di antaranya adalah anak-anak dan balita. Ada 20 orang balita dan 6 orang anak-anak. Selebihnya orang dewasa.
Mereka menempati 3 lokasi pengungsian. Antara lain, di SMK, SMU Layonga dan di Kandeapi. Di lokasi pengungsian, di samping menempati emperan teras sekolah, juga mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan.
Kondisi mereka saat ini cukup memprihatinkan. Di samping sanitasi yang buruk, air bersih, juga tidur beralaskan apa adanya. Bahkan, beberapa anak mulai terserang penyakit. Protokol kesehatan jangan ditanya. Di pengungsian, tidak lagi menjadi prioritas.
Di lokasi pengungsian, Tim Relawan KOPEL menemukan anak-anak dan balita sedang sakit. Mereka terpaksa hanya dibiarkan terbaring di lantai dengan alas seadanya, bersama ratusan pengungsi yang lain. Belum diketahui jenis penyakitnya. Pihak keluarga mengaku sedang menunggu petugas kesehatan datang memeriksa.
Hingga kini, Tim Relawan KOPEL Indonesia, sedang melakukan koordinasi dengan petugas daerah setempat untuk penanganannya.
"Mudah-mudahan secepatnya tertangani," ungkap Sri Wahyuni didampingi tokoh masyarakat setempat di Tinambung.
Laporan langsung Relawan KOPEL Indonesia, Muhdasink dari lokasi pengungsian di Tinambung