MAJENE, BUKAMATA - Relawan KOPEL di daerah bencana hingga Rabu, (10/2/2021) masih di lokasi pengungsian. Sambil membawa bantuan, juga pendataan Balita dan bumil, menyusui untuk kepentingan penanganan saat tahap recovery atau pemulihan pasca bencana.
Semalam, Sekda Sulawesi Barat Dr. Muhammad Idris, M.Si. di sela-sela sambutannya pada acara pelantikan Pengurus BADKO HMI Sulselbar mengungkapkan, saat ini Sulbar sedang masa transisi dari tanggap darurat ke tahap recovery.
Dalam darurat kebencanaan ini, KOPEL Indonesia selain menyalurkan bantuan kebutuhan korban bencana, di saat bersamaan juga melakukan advokasi kebijakan, khususnya penanganan pada kelompok rentan, ibu hamil, ibu menyesui dan balita.
Baca Juga :
KOPEL mendorong pemerintah tidak gagap dalam menghadapu bencana. KOPEL mendorong Pemda seyogyanya lebih sigap dan sudah memiliki sistem penanganan bencana yang lebih khusus kepada kelompok rentan, misalnya dalam bentuk SOP yang terukur dan bisa dilkasanakan para pihak yang berwewenang.
Bahkan sekarang ini dalam fase menuju recovery, seharusnya Pemerintah sudah bergerak melakukan revisi APBD-nya. Sebab hampir pasti APBD sebelumnya tidak desain mengatasi bencana separah sekarang ini. Program program yang tidak mendesak segera pangkas habis dialihkan penanganan bencana.
"Tidak boleh ada nyawa manusia hilang hanya karena kita lambat bergerak," ujar Andi Firman, Kordinator Tim relawan KOPEL Peduli Kemanusiaan untuk Sulbar.
Tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus dipastikan punya dampak yang besar bagi masyarakat, mengajak masyarakat dan pemerintah bersama bahu membawa membawa Sulbar segera bangkit.
"Teman-teman relawan saat ini masih di lapangan. Sambil membawa bantuan, juga mempersiapkan tahap advokasi pasca bencana. Kita mau pastikan bahwa korban bencana khususnya masyarakat rentan Balita, Bumil/menyusui dapat terfasilitasi dengan baik," kata Herman Ketua Yayasan KOPEL Indonesia.
Herman menambahkan, pekan ini pihaknya kemungkinan akan menambah tim relawan ke Mamuju guna membackup tim yang sudah bertugas selama ini.
"Daerah Tamerimbi Desa Kabiraan Kec. Ulumanda Kab. Majene. Hingga saat ini daerah ini masih terisolir akibat terputusnya akses jalan yg diakibatkan longsor. Bantuan untuk pengungsi pun ke daerah ini masih terbatas," tutur Hirjayadi Mantan Ketua HMI Cabang Makassar yang bertugas jadi relawan KOPEL dari lokasi.
Bukan hanya bantuan untuk pengungsi yang terbatas, Ibu hamil yg sebelumnya ingin melahirkan terpaksa ditandu Karena akses jalan yg masih tertutup. Tidak bisa dilalui mobil.
"Kemarin seorang ibu hamil yang akan melahirkan terpaksa ditandu malam-malam ke PKM Malunda yang terdekat sejauh kurang lebih 9 km karena akses jalan belum bisa dilalui," tambahnya.
Desa Kabiraan ini menjadi daerah terparah di Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene. Warga setempat berharap segera mendapat hunian yg lebih layak karena kelompok rentan saat ini sangat berpotensi terserang penyakit akibat terlalu lama di tenda pengungsian.