BONE, BUKAMATA - Jalan berdebu, menyambut kami. Saat itu, kami menyusuri jalan menuju Pondok Pesantren Bustanul Amin di Desa Pancaitana, Kecamatan Salomekko, Bone.
Kami kemudian ditemui pimpinan Pondok Pesantren Bustanul Amin, Ustaz Irwan Purwanto. Pria berjanggut itu, mengenakan jubah putih, juga kopiah warna senada.
Kami disambut di sebuah pondok sederhana. Beratap seng. Beralas papan. Dindingnya terbuka, sehingga angin leluasa mengembus ke arah kami.
Baca Juga :
Di seberang sana, sekitar 30 meter dari pondok, berdiri sebuah masjid. Di antarai sebuah tanah lapang. Tanahnya masih merah. Hanya beberapa yang berumput hijau.
Masjid beratap seng biru. Batu-batanya masih kelihatan jelas. Demikian pula tulang betonnya. Belum diplester semen.
Ustaz Irwan bilang, butuh Rp60 juta untuk menyelasaikan dinding dan lantai masjid. Bahan untuk tegel dan keramik dinding serta tiang, butuh Rp40 juta. Sedangkan Rp20 juta untuk gaji tukang.
Kubahnya juga. Masih berupa rangka. Namun, Ustaz Irwan bercerita. Atap masjid itu selesai dari seorang donatur. Ustaz Irwan sendiri tak pernah bertatap muka dengan sang donatur.
Ketika itu, Ustaz Irwan mendapat panggilan telepon. Dari seorang pria. Ingin jadi donatur. Dia mengatakan ke Ustaz Irwan, "Ustaz. Tolong hitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan atap masjid pondok pesantren yang ustaz pimpin".
Tiga hari kemudian, bahan dari atap masjid itu tiba di lokasi. Diantar pakai mobil. Sopir memberikan nota. Ustaz Irwan sempat kaget, dalam nota itu tertulis "lunas".
Ketika kami bertanya, apakah ada nomor rekening khusus pondok ini,
Ustaz Irwan Purwanto mengatakan, pondok ini berdiri bukan karena proposal. Pondok ini kata dia berdiri bukan karena donatur. Tetapi, pondok ini berdiri atas keyakinan pada Allah Subhanahu wa ta'ala. Pondok ini lanjut dia, bukan kemauan sendiri.
"Saya berasal dari Madura. Saya masuk ke sini bukan untuk jadi guru ngaji. Tapi mendaftar di TNI Angakatan Darat. Alhamdulillah saya tidak lolos dan Allah menggantinya menjadi guru mengaji. Saya memang dari pesantren," jelasnya.
Lambat laun di tempat dia mendirikan rumah mengaji, ada berapa anak yang datang mengaji. "Allah lalu kasih lokasi untuk bikin pesantren," ungkapnya.
Masjid itu kata Ustaz Irwan, dibangun dengan luas 25 x 23 meter tanpa proposal. "Karena saya yakin, ketika mengurus agama Allah, maka Allah juga mengurus kami. Dalilnya, 'in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum (jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu). Inilah satu bentuk pertolongan Allah kepada kami.
Saya yakin, semua orang yang datang ke pondok ini adalah orang-orang yang saleh. Orang-orang yang baik. Orang-orang yang mau berbagi harta di jalan Allah," ungkapnya.
Ustaz Irwan melanjutkan, orang-orang yang datang ke pondoknya, adalah orang-orang yang mau masuk surga bersama. "Jangan kita memiliki prinsip masuk surga sendiri. Masuk surgalah bersama keluarga, bersama orang-orang saleh lainnya yang kita beri. Dari itu mohon doanya, semoga pondok ini tidak meminta-minta ke mana-mana. Untuk menjaga kemuliaan pondok ini, sehingga kalau ada orang yang membantu pondok ini kami senang. Tapi tidak bangga. yang kami bangga adalah ketika pondok ini memberikan sesuatu yang besar kepada masyarakat," tambahnya.
"Kami yakin kehadiran bapak ibu ke sini, digerakkan sama Allah. Ini hal yang luar biasa bagi kami karena merupakan ketentuan dari Allah Subhana wa ta'ala. Doakan pula kami, agar kami dengan ketidakpunyaan kami ini, insya Allah diberi oleh Allah kemampuan untuk bergerak. Kami biasa bergerak dalam keadaan tidak punya. Ada orang yang dalam keadaan punya, dia tidak bisa bergerak. Dan kami yakin ada orang-orang yang beriman yang mampu bergerak bersama dengan barisan kami menegakkan agama Allah. Pertemuan ini, walaupun sejam alhamdulillah. Inilah keutamaan silaturahmi," sambungnya.
Citizen Report: Andi Yuni Gerhani