Redaksi : Rabu, 19 Agustus 2020 20:01
Syahrul Yasin Limpo

BUKAMATA - Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, dalam diskusi daring kopi Tumpah yang dipandu host Nana Djamal pada Selasa malam, 18 Agustus 2020 mengatakan, anggarannya memang dipotong dari Rp21 triliun menjadi Rp14 triliun. Itulah yang dimaksimalkan. Pupuk bersubsidi juga dikurangi dari 9 juta ton menjadi 3 juta ton.

Mantan Gubernur Sulsel dua periode ini memaparkan, meski ada pengurangan, dia memaksimalkan apa yang ada. Dan dengan kerja keras bersama jajarannya, sektor pertanian bisa bertumbuh dengan baik. Menurutnya, ada peningkatan nilai ekspor pertanian sebesar 8,97 %.

Syahrul mengaku sangat anti impor. Dia menjaga betul beberapa komoditas ekspor seperti bawang putih, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, dan lain-lain. Namun dia kewalahan. Ada sejumlah komoditi yang tidak cocok tumbuh di iklim Indonesia yang tropis. Seperti bawang putih. Menurut Syahrul, hanya tumbuh di daerah dingin. Makanya, mau tidak mau kata dia, kran impor harus dibuka untuk mengatasi kelangkaan.

Meski keteteran di holtikultura, yang naik kata Syahrul adalah ketahanan pangan. Pada musim tanam I, ada stok beras 3,86 juta ton. Ditambah stok Bulog 3 juta ton. Jadi total stok, ada 6,8 juta ton. Untuk musim tanam II, ada 5 juta hektare lahan siap tanam. Tersebar di 8 provinsi. Menurut Syahrul, itu bisa menutupi kebutuhan pangan Juli-Desember 2020 sebesar 15,08 juta ton. Bahkan ada overstok sekitar 2 juta ton.

Syahrul mengejar pertumbuhan positif pada triwulan III. Dia sudah menyiapkan empat cara berpikir (CB). Pertama, peningkatan kapasitas produksi, lalu diversifikasi pangan lokal, kemudian penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, dan terakhir pengembangan pertanian modern.

Menurut Syahrul, di kementeriannya sudah ada Rp27 triliun anggaran yang sudah berputar. Dia berharap, hasilnya bisa positif pada triwulan III. "Tentunya hasil yang kami capai ini bukan saya klaim Kementerian saya semata-mata, tapi ini hasil kita semua," ujarnya.