Redaksi
Redaksi

Jumat, 05 Juni 2020 19:06

Aipda Arifuddin
Aipda Arifuddin

Aipda Arifuddin, Polisi Peternak dari Bone

Aipda Arifuddin, salah satu polisi baik yang patut diteladani. Pernah merasakan hidup yang pahit dan merangkak dari bawah, dia pun bertekad memberikan bantuan bagi orang yang membutuhkan.

BONE, BUKAMATA - Dia seorang polisi. Di pundaknya sudah tersandang tanda pangkat yang menyerupai huruf M berwarna perak. Ajun Inspektur Polisi Dua atau disingkat Ipda, itu pangkatnya di korps seragam cokelat itu.

Nama lengkapnya Aipda Arifuddin. Masuk kepolisian tahun 1998 dan selesai tahun 1999. Dia angkatan 17 dan biasa disingkat SDSS. Dengan Pangkat Sersan dua atau Serda saat itu. Saat ini, selain sebagai aparat pengayom masyarakat, Aipda Arifuddin juga merupakan peternak yang sukses.

Ikut mengedukasi peternak cara melakukan inseminasi

Nama Istrinya Hasni Tawil. Dia ful ibu rumah tangga. Anaknya dua orang. Yang sulung perempuan bernama Fiqriyah Arifah. Insyaallah tahun ini sudah masuk perguruan tinggi juga baru tamat SMA. Dan yang bungsu laki-laki bernama Muh Fahrul Akbar. Bakatnya dan sikapnya menurun dari ayahnya. Rajin dan ulet, serta cepat tanggap dan paham.

Saat ini dia tinggal bersama istri dan 2 orang anak serta seorang anak dari kemenakan ibu. Anak perempuan itu masih kelas 5 SD. Namanya Dea Ananda. Aipda Arifuddin memelihara Dea sejak dia berumur 3 tahun, karena orang tuanya pisah.

Bersama para peternak

Dan satu orang lagi perempuan dewasa berusia 45 tahun, yang merupakan sepupu Aipda Arifuddin dari Makassar. Dia sudah tidak mempunyai orang tua dan dari keluarga tidak mampu hingga untuk hidup sehari-harinya sangatlah susah.

Sebenarnya kedua orang tua Aipda Arifuddin termasuk orang yang tidak mampu. Sebelum dia jadi polisi, hanya numpang tinggal di tanah milik pemerintah di Gowa. Hingga terkadang dia harus ikut kerja jadi kuli bangunan untuk membiayai sekolahnya. Untuk beli pakaian dan sepatu buat sekolah, terkadang dia jual es di sekolah.

Memberantas kejahatan dan melindungi serta mengayomi masyarakat tetap jadi tugas pokoknya.

Itu saat SD dan pulangnya dia ikut jual sayuran yang dia jajakan dari desa ke desa. Terkadang ibunya, almarhumah menangis melihat dia saat itu.

Saat SMP, untuk ke sekolah naik sepeda atau numpang di mobil truk. Ketika dia mendaftar polisi saja terkadang naik sepeda ke Polda Sulsel, namun biasanya sebelum tiba di Polda, sepeda dia simpan tidak jauh dari Polda atau terkadang numpang sama temannya sependaftaran di motornya.

Tapi walaupun orang tuanya dari kalangan kurang mampu, namun tekadnya tetap kuat untuk menjadi polisi.

Allah membuka jalan menuju cita-citanya. Alhamdulillah, dia bisa lolos menjadi personel institusi penegak hukum itu.

Bahkan saat awal dia mendaftar, banyak yang memandang sebelah mata karena katanya jadi polisi itu butuh banyak uang sementara untuk hidup sehari-harinya saja mereka sangat susah.

Tetapi tidak ada yang terjadi melainkan atas ijin Allah, dan itu keyakinan dia bahwa Allah selalu menolong dia. Setelah lolos, dia bertekad menjadi polisi yang jujur, yang semata-semata menjadi pelindung dan pengayom masyarakat.

"Saya pernah merasakan hidup kekurangan jadi saya tahu bagaimana pahitnya melewati kehidupan yang amat sulit itu. Hingga hati saya selalu tersentuh untuk membantu orang lain," jelasnya.

Tak kikir berbagi ilmu

Dia memulai mempelajari cara menyuntik sapi, memelihara ayam, dengan melibatkan anak-anak yatim piatu. Dia tertarik sebagai inseminator sejak kecil.

"Saya sebenarnya dari kecil tertarik dengan bidang peternakan yaitu sejak di Sekolah Dasar. Saat itu saya mulai memelihara ayam, itik dan bahkan kerbau beberapa ekor. Orang tua saya seorang petani yang memang ulet. Dan dari sejak kecil, saya memang sudah terbiasa hidup apa adanya, dan sejak saat itu saya merasakan manfaat dari beternak. Alhamdulillah saya bisa membiayai sekolah saya sampai selesai SMA," bebernya.

Saat di bangku SMA, Arifuddin sering bergabung dengan anak-anak atau teman dari SPP Lapawawoi Kabupaten Gowa. "Sedikit-sedikit saya bisa mencuri ilmu mereka untuk saya terapkan. Bahkan kami sering sama-sama melakukan vaksinasi ayam masyarakat pada saat itu sehingga saya sedikit mengetahui tentang pengobatan dan cara vaksinasi ayam," paparnya.

Sekarang Aipda Arifuddin bertugas di Polres Bone, tepatnya di Polsek Lamuru. Saat ini sebagai Kanit Reskrim.

"Setelah saya lulus dan menjadi Polisi, saya tetap melanjutkan hobi saya memelihara beberapa jenis ayam. Namun bukan untuk diperjualbelikan tapi buat konsumsi sendiri. Saat itu kalau tidak salah tahun 2009 silam," ungkapnya.

Setelah beberapa lama tinggal di Bone, Aipda Arifuddin mulai tertarik dengan ternak sapi dan mencoba membeli beberapa ekor sapi dan menyerahkan ke orang lain untuk dipelihara saat itu.

Pada tahun 2014 silam, sapinya dipercayakan dipelihara ke beberapa warga masyarakat. Mereka adalah mantan pelaku kriminal yang diberdayakan oleh Aipda Arifuddin, saat mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan sekaligus melakukan pembinaan dan pengawasan secara tidak langsung.

"Jadi sejak 2014 itu, di situlah saya memulai memelihara beberapa ekor sapi dan hasilnya sangat menjanjikan. Alhamdulillah dari hasil sapi tersebut, saya bisa menyekolahkan adik saya dan saat ini sudah bekerja juga di salah satu perusahaan di Singapura. Di samping itu, beberapa orang kemenakan saya kuliahkan," ungkapnya.

Bahkan, ada anak telantar yang ikut disekolahkan dan tinggal bersama Aipda Arifuddin. Anak itu kata Aipda Arifuddin, sudah tidak diterima lagi di lingkungannya, karena berbagai kenakalan yang dilakukannya. "Saat ini sudah kembali ke keluarganya dan alhamdulillah sudah bisa hidup normal di lingkungan asalnya," bebernya.

Jadi beternak sapi itu kata Aipda Arifuddin, setidaknya amat menunjang untuk menopang ekonomi untuk dijadikan pekerjaan sampingan di samping sebagai PNS. Dia kata Arifuddin bisa memanfaatkan waktu luang.

"Saya bersyukur bisa menjadi seorang polisi, karena dari sini saya bisa berinteraksi dengan masyarakat dan memulai segala apa yang bisa bermanfaat buat diri saya pribadi maupun terhadap orang lain," terangnya.

Pada 2016, Aipda Arifuddin mulai tertarik dengan adanya program Dinas Peternakan perihal perkawinan silam ternak sapi, melalui kawin suntik.

Saat itu dia mencoba untuk mengikuti program tersebut dan akhirnya setelah beberapa kali sapi miliknya dikawin suntik oleh inseminator setempat namun belum membuahkan hasil, hingga dalam hati dan pikirannya timbul rasa keingintahuan tentang pekerjaan itu.

"Dan Alhamdulillah gayung pun bersambut. Pada tahun 2019 tiba-tiba saya diberi kesempatan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bone untuk mengikuti pelatihan inseminator di Jawa Timur. Tentu saja hal ini membuat saya sangat senang dan sedikitpun saya tidak pernah membayangkan kalau saya akan mendapatkan program pelatihan inseminator ini, mengingat saya adalah seorang anggota kepolisian dan memang kelihatan aneh saja pada awalnya," ucapnya.

Kesempatan tersebut tidak dia sia-siakan. Alhamdulillah saat ini, Aipda Arifuddin sudah menjadi salah satu inseminator di Disnak Kabupaten Bone dan pekerjaan tersebut dia jalani dengan enjoy di selah tugas saya sebagai seorang polisi.

"Bahkan masyarakat bisa menerima saya dengan senang hati, hingga merasa nyaman juga mengabdi sebagai seorang inseminator. Alhamdulillah saya selalu turun ke peternak apabila ada waktu luang di sela-sela tugas saya dan memberikan mereka petunjuk tentang cara beternak modern dan secara perlahan mengubah pola pikir mereka," lanjutnya.

Arifuddin mencekoki mereka semangat menjadi peternak. Menurutnya, untuk menjadi sukses tidak harus berbondong-bondong ke kota. Tetapi sukses bisa diraih dari desa. Yang penting kata dia, kata kucinya adalah ketekunan.

Arifuddin juga kerap mengajak kedua anaknya ke desa-desa. Setidaknya untuk mengenalkan kepada mereka manfaat beternak dan pentingnya menjalin hubungan dengan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan.

"Pada intinya jangan berhenti untuk belajar dan belajar dengan tujuan yang benar dan bisa bermanfaat," pungkasnya.

#Polisi #Bone

Berita Populer