Redaksi
Redaksi

Jumat, 06 Maret 2020 16:36

Pj Wali Kota Makassar, Muh Iqbal Suhaeb saat menerima pengurus PHDI Sulsel.
Pj Wali Kota Makassar, Muh Iqbal Suhaeb saat menerima pengurus PHDI Sulsel.

Pj Wali Kota Makassar Terima Pengurus PHDI Sulsel

Pj Wali Kota Makassar, menerima pengurus PHDI Sulsel, yang melaporkan rencana kegiatan peringatan tahun baru saka.

MAKASSAR, BUKAMAATA - Dalam waktu dekat, ribuan umat Hindu di Kota Makassar, akan merayakan Hari Raya Suci Nyepi dan Tahun Baru Saka 1942/2020. Berbagai acara ritual dan hiburan dipersiapkan hingga memasuki puncak acara pada 25 Maret 2020, yang akan dipusatkan di Pura Giri Natha Makassar.

Terkait itu, Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia(PHDI) Sulawesi Selatan, Gede Durahman audiens dengan Pj Wali Kota Makassar, Iqbal Suhaeb di rumah jabatannya, 5 Maret 2020. Gede Durahman menjelaskan, selain ritual, juga akan dilakukan sejumlah kegiatan sosial seperti donor darah, bakti sosial, penghijauan, anjangsana ke panti asuhan, jalan sehat sambil membersihkan lingkungan, Dharmaduta yaitu kewajiban bagi umat Hindu untuk menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk berderma kepada yang kurang beruntung.

“Ribuan umat Hindu di Makassar akan melakukan ritual Melasti di Pantai Akkarena pada Minggu 22 Maret mendatang. Maksud ritual ini untuk membuang kotoran atau hal-hal yang negatif di pikiran dengan melakukan persembahyangan di pantai. Di sini akan dilakukan membersihkan diri baik secara jasmani maupun rohani. Selain itu juga digelar parade budaya dan juga mengarak ogoh-ogoh yang akan dilakukan mulai jam sepuluh pagi,” ujar Gede Durahman.

Menurut Gede, Melasti berasal dari kata Malak yang artinya kotoran dan Asti artinya membuang atau memusnahkan. Melasti memiliki makna untuk membersihkan, menghanyutkan segala kekotoran yang ada pada badan dan pikiran manusia melalui peningkatan Sradha dan Bhakti (Iman dan Taqwa) kepada Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu, pada 24 Maret, menurut Gede Durahman akan dilakukan Tawur Agung Kesanga di Pura Giri Natha Makassar, hingga kemudian memasuki pukul 00 pada 25 Maret sebagai awal dimulainya Catur Brata penyepian selama 24 jam lamanya.

“Selama 24 jam itu kita lakukan penyepian, yakni tidak menyalakan api sebagai simbol meredam kemarahan dan mengendalikan emosi dan nafsu di dalam diri. Termasuk juga tidak melakukan aktivitas di dalam rumah masing-masing, misalnya tidak melaksanakan hiburan, tidak menonton TV, dan juga tidak pergi ke mana-mana, cukup di dalam rumah saja,” lanjutnya.

Sementara itu, Wali Kota Makassar, Iqbal Suhaeb mengatakan, pihaknya berharap kepada seluruh umat Hindu di kota Makassar untuk ikut berperan serta dalam menciptakan ketentraman dan kedamaian antar ummat beragama di Kota Makassar.

“Alhamdulillah, masyarakat kota Makassar sejak dulu dikenal memiliki jiwa toleransi antar beragama yang begitu tinggi. Kami ingin menyampaikan terima kasih atas sumbangsih saudara-saudara kita umat Hindu dalam menjaga ketentraman di Kota Makassar. Semoga saja perayaan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1942 menjadi momentum bersama dalam menjaga rasa perdamaian antar sesama warga, apalagi dalam waktu dekat akan digelar pesta demokrasi lokal, yakni Pemilihan Wali Kota Makassar” ujar Iqbal Suhaeb.

Perayaan Hari Raya tahun ini secara nasional mengambil tema “Keunggulan dan Kerukunan Umat Beragama menuju Indonesia Maju”. Di Kota Makassar terdapat kurang lebih 7500 jiwa ummat Hindu yang terdiri dari komunitas Hindu dari Bali, Toraja, India dan juga komunitas Hindu To Lotang. Mereka tersebar di Kota Makassar dengan berbagai profesi, mulai dari TNI, Polri, ASN dan juga swasta.

Rangkaian terakhir dari perayaan Nyepi tahun ini, yakni akan digelar malam Dharma Santi pada tanggal 4 April 2020, dengan mengundang seluruh pemangku kepentingan.

#Pemkot Makassar #Makassar #PHDI