BUKAMATANEWS - Dunia saat ini berada di persimpangan antara dua tantangan eksistensial: perubahan iklim dan kerawanan pangan. Pemanasan global, yang telah menaikkan suhu rata-rata permukaan bumi sekitar 1,2°C di atas level pra-industri, telah menjadi pemicu utama peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi (IPCC, 2023). Fenomena ini memberikan tekanan luar biasa terhadap sistem produksi pangan global, yang pada gilirannya mengancam stabilitas pasokan pangan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kota Makassar, sebagai salah satu pusat urban utama di Indonesia Timur, tidak luput dari dampak tersebut. Kenaikan suhu dan perubahan pola cuaca secara langsung mengancam infrastruktur kota dan stabilitas pasokan pangan yang sebagian besar masih bergantung pada daerah hinterland.
Tantangan ini diperburuk oleh proyeksi demografis. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memprediksi bahwa populasi dunia akan mendekati 10 miliar jiwa pada tahun 2050, yang menuntut peningkatan produksi pangan global sekitar 60?ri level saat ini (FAO, 2017). Dalam konteks perkotaan, ketergantungan pada rantai pasok pangan yang panjang dan kompleks menjadi sebuah kerentanan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pergeseran paradigma dari model konsumsi pasif menjadi model produksi aktif di tingkat lokal.
Dalam kerangka ini, Pemerintah Kota Makassar, melalui perangkat dinas terkait seperti Dinas Perikanan dan Pertanian serta Dinas Pariwisata, memegang peranan sentral. Pemerintah memiliki kapasitas untuk merumuskan kebijakan yang mengintegrasikan dua solusi potensial: Urban Farming dan Pariwisata Berkelanjutan. Di sisi lain, institusi pendidikan tinggi seperti Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar dapat berfungsi sebagai katalisator dan sistem pendukung (supporting system) dalam penyiapan sumber daya manusia yang kompeten dan inovatif.
Tulisan ini berargumen bahwa sinergi antara para pemangku kepentingan ini merupakan kunci untuk membangun masa depan Makassar yang lebih resilien dan berkelanjutan.
- Urban Farming: Fondasi Ketahanan Pangan di Lingkungan Perkotaan
Pertanian perkotaan, atau urban farming, didefinisikan sebagai praktik budidaya, pemrosesan, dan distribusi pangan di dalam atau di sekitar wilayah perkotaan (Smit et al., 2001). Konsep ini melampaui sekadar aktivitas bercocok tanam di lahan sempit; ia merupakan sebuah gerakan strategis untuk mendekatkan produsen dengan konsumen, memperpendek rantai pasok, dan membangun kedaulatan pangan di tingkat komunitas. Untuk kota tropis seperti Makassar yang masih memiliki ruang-ruang terbuka, potensi pengembangan Urban Farming sangat signifikan.
Implementasi Urban Farming di Makassar menawarkan berbagai manfaat multidimensional. Manfaat paling fundamental adalah peningkatan ketahanan pangan lokal melalui diversifikasi sumber pangan dan pengurangan ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah. Hal ini secara langsung berkontribusi pada stabilitas harga dan ketersediaan pangan bagi masyarakat kota. Lebih lanjut, dari perspektif lingkungan, Urban Farming secara signifikan mengurangi jejak karbon (carbon footprint) yang diasosiasikan dengan transportasi dan distribusi pangan jarak jauh. Ruang-ruang hijau produktif yang tercipta juga berfungsi sebagai paru-paru kota, membantu menyerap polutan dan mereduksi efek pulau bahang perkotaan (urban heat island effect).
Untuk merealisasikan potensi ini, peran Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar menjadi krusial. Dinas ini tidak hanya bertanggung jawab merumuskan regulasi yang afirmatif, tetapi juga memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian modern yang sesuai untuk lahan terbatas. Inovasi seperti sistem hidroponik, akuaponik, dan kebun vertikal (vertical garden) memungkinkan produksi pangan yang intensif dan efisien tanpa memerlukan lahan yang luas. Program penyuluhan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi masyarakat menjadi tulang punggung untuk memastikan adopsi praktik-praktik ini secara meluas dan berkelanjutan.
- Pariwisata Urban Berkelanjutan: Integrasi Agriturisme dalam Narasi Kota
Selaras dengan upaya penguatan ketahanan pangan, sektor pariwisata juga memerlukan reorientasi menuju praktik yang lebih berkelanjutan. Pariwisata urban (urban tourism) yang secara tradisional berfokus pada aset budaya dan sejarah, kini dapat diperkaya dengan dimensi baru: agriturisme perkotaan. Konsep ini mengintegrasikan kegiatan Urban Farming ke dalam pengalaman wisata, menciptakan sebuah produk yang unik, edukatif, dan selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan.
Di Makassar, pengembangan model ini dapat mengubah kebun-kebun kota dari sekadar area produksi menjadi destinasi wisata yang menarik. Wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, dapat ditawari pengalaman otentik untuk belajar secara langsung mengenai siklus produksi pangan, inovasi teknologi pertanian berkelanjutan, dan relevansinya dalam menghadapi perubahan iklim. Paket wisata edukatif semacam ini tidak hanya memperkaya portofolio atraksi wisata kota, tetapi juga berfungsi sebagai medium kampanye publik yang efektif mengenai pentingnya keberlanjutan.
Peran Dinas Pariwisata Kota Makassar dalam hal ini adalah sebagai arsitek dan promotor utama. Dinas perlu merancang narasi pariwisata baru yang menempatkan keberlanjutan dan agriturisme sebagai salah satu daya tarik utama Makassar. Ini melibatkan identifikasi dan pengembangan lokasi-lokasi Urban Farming potensial menjadi destinasi wisata, seperti kebun vertikal ikonik atau kawasan pertanian organik komunal yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Promosi yang gencar melalui berbagai kanal akan membangun citra Makassar sebagai kota yang tidak hanya kaya akan sejarah dan kuliner, tetapi juga inovatif dalam menjawab tantangan global.
- Peran Strategis Politeknik Pariwisata Makassar sebagai Katalisator Pengetahuan
Keberhasilan integrasi antara Urban Farming dan pariwisata berkelanjutan sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi hibrida. Di sinilah Politeknik Pariwisata Makassar memegang peran strategis sebagai institusi pendukung. Poltekpar Makassar dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kebutuhan industri dengan pengembangan kapasitas masyarakat dan profesional.
Fungsi utama Poltekpar Makassar adalah melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam bidang pendidikan, Poltekpar Makassar dapat mengembangkan atau memperkaya kurikulum yang mengintegrasikan prinsip-prinsip agriturisme, manajemen destinasi berkelanjutan, dan teknis dasar pertanian urban. Melalui program pelatihan, lokakarya, dan sertifikasi profesi yang ditujukan bagi masyarakat umum maupun pelaku pariwisata, Poltekpar Makassar secara langsung meningkatkan kapasitas teknis dan manajerial di lapangan. Program ini dapat dirancang untuk membekali peserta dengan keterampilan praktis dalam mengelola kebun kota maupun merancang paket wisata edukatif berbasis pertanian.
Kolaborasi yang erat dengan pemerintah kota dan dinas terkait menjadi prasyarat mutlak. Kemitraan ini memastikan bahwa program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Poltekpar Makassar senantiasa relevan dengan arah kebijakan pembangunan kota. Poltekpar Makassar dapat menjadi mitra riset bagi pemerintah untuk mengkaji dampak sosial-ekonomi dan lingkungan dari implementasi program, serta memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy).
- Kerangka Kerja Sinergis untuk Resiliensi Perkotaan
Kolaborasi yang solid dan terstruktur antara Pemerintah Kota Makassar, Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan dan Pertanian, serta Poltekpar Makassar adalah fondasi untuk mewujudkan visi ini. Sinergi ini harus diwujudkan dalam sebuah kerangka kerja yang jelas, di mana setiap pemangku kepentingan memiliki peran dan tanggung jawab yang saling melengkapi. Pemerintah Kota bertindak sebagai regulator dan fasilitator utama, menciptakan iklim kebijakan yang kondusif. Dinas teknis (Pertanian dan Pariwisata) berperan sebagai eksekutor program di lapangan, sementara Poltekpar Makassar menyediakan fondasi pengetahuan dan sumber daya manusia yang unggul.
Implementasi model kolaboratif ini diproyeksikan akan menghasilkan dampak positif yang signifikan. Secara ekonomi, ia akan menciptakan peluang kerja baru di sektor pertanian perkotaan dan pariwisata, sekaligus merangsang tumbuhnya wirausaha-wirausaha hijau. Secara sosial, program ini akan memperkuat kohesi sosial melalui kegiatan berkebun komunal dan meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat. Dari sisi lingkungan, ia secara langsung berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Pada akhirnya, keberhasilan kolaborasi ini akan memperkuat resiliensi Kota Makassar secara holistik, menjadikannya kota yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga tangguh secara ekologis dan sosial.
- Kesimpulan dan Rekomendasi
Menghadapi tantangan ketahanan pangan dan perubahan iklim, Kota Makassar memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam pembangunan kota berkelanjutan melalui integrasi Urban Farming dan pariwisata. Model ini mentransformasikan tantangan menjadi peluang, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan antara produksi pangan lokal dan industri pariwisata. Peran sentral dipegang oleh Pemerintah Kota Makassar melalui dinas-dinas terkait, dengan dukungan vital dari institusi akademik seperti Poltekpar Makassar sebagai pusat pengembangan kapasitas. Berdasarkan analisis di atas, beberapa rekomendasi dapat dirumuskan.
Pertama, Pemerintah Kota Makassar perlu menyusun sebuah Rencana Aksi Daerah (RAD) yang secara eksplisit mengintegrasikan target pengembangan Urban Farming dengan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Kedua, Dinas Perikanan dan Pertanian harus mengintensifkan program pendampingan teknologi dan penyediaan infrastruktur dasar bagi petani perkotaan, sementara Dinas Pariwisata perlu secara proaktif mengembangkan dan memasarkan jenama (branding) "Makassar Green Tourism".
Ketiga, Poltekpar Makassar direkomendasikan untuk terus memperluas kurikulum dan program pengabdian masyarakat yang berfokus pada agriturisme dan manajemen keberlanjutan, guna memastikan ketersediaan talenta yang siap mendukung visi pembangunan kota. Melalui langkah-langkah terkoordinasi ini, Makassar dapat membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih hijau, sejahtera, dan berketahanan.
Referensi
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). (2017). The Future of Food and Agriculture: Trends and Challenges. Rome: FAO.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2023). Synthesis Report of the IPCC Sixth Assessment Report (AR6). Geneva: IPCC.
Smit, J., Ratta, A., & Nasr, J. (2001). Urban Agriculture: Food, Jobs and Sustainable Cities. The Urban Agriculture Network, Inc. New York: UNDP.
Editor : Redaksi