Redaksi
Redaksi

Senin, 01 Desember 2025 17:22

Pemda Kena Semprot BMKG Gara-Gara Abaikan Peringatan Dini Siklon Tropis Senyar

Pemda Kena Semprot BMKG Gara-Gara Abaikan Peringatan Dini Siklon Tropis Senyar

BMKG menegur keras pemerintah daerah karena lamban merespons peringatan dini Siklon Tropis Senyar. Kepala BMKG menegaskan bencana dapat diminimalkan jika pemda bertindak cepat, sementara BNPB melaporkan 442 orang tewas dan 402 hilang akibat banjir-longsor di Sumatra.

BUKAMATANEWS - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, menegur keras pemerintah daerah (pemda) karena dinilai lamban merespons informasi cuaca ekstrem yang telah diberikan oleh BMKG. Ia menegaskan, bencana besar yang dipicu Siklon Tropis Senyar sebenarnya dapat diminimalkan jika peringatan dini segera ditindaklanjuti.

“Saya perlu sampaikan bahwa untuk Siklon Tropis Senyar itu sebenarnya bisa kita prediksi, Bapak Mendagri. Prediksinya itu kurang lebih sekitar delapan hari sebelum proses pembentukan terjadinya siklon utama,” kata Faisal dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah yang digelar secara hybrid, Senin (1/12/2025).

Menurutnya, BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini berulang kali. Mulai dari delapan hari sebelum siklon terbentuk, dilanjutkan empat hari sebelumnya, hingga dua hari sebelum dampak maksimal diperkirakan terjadi.

Faisal menyebut sebagian daerah merespons cepat, namun sebagian lainnya masih lamban dan belum optimal. Hal ini dianggap berkontribusi pada besarnya dampak bencana di sejumlah wilayah.

Minta Pemda Segera Bergerak

Faisal meminta seluruh kepala daerah memperkuat kesiapsiagaan dan bertindak cepat setiap kali menerima informasi peringatan ekstrem.

“Mohon para kepala daerah mencermati informasi yang kami berikan melalui pos atau koordinator provinsi. Kami dapat diundang kapan saja untuk berdiskusi mengenai persiapan menghadapi ancaman berikutnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa musim hujan saat ini merupakan periode rawan pembentukan bibit siklon tropis di selatan Indonesia. Fenomena tersebut dapat berkembang sangat cepat dan memicu hujan ekstrem serta banjir dalam waktu singkat.

“Early warning menumbuhkan early action menuju zero victim,” tegasnya.

BMKG memastikan sistem monitoring cuaca terus diperkuat, mulai dari radar cuaca, satelit, hingga koordinasi antar lembaga. Namun ia menegaskan bahwa mitigasi hanya efektif jika daerah merespons cepat.

Dampak Bencana di Sumatra: 442 Tewas, 402 Hilang

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru terkait bencana hidrometeorologi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Hingga Senin (1 Desember 2025, pukul 04.12 WIB), tercatat 442 orang meninggal dan 402 orang masih hilang.

Korban terbanyak berada di Sumatra Utara, dengan 217 orang meninggal akibat banjir dan tanah longsor yang melanda Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Padang Sidempuan, Deli Serdang, hingga Nias. Jumlah korban hilang mencapai 209 orang.

Di Aceh, jumlah korban meninggal mencapai 96 orang, sementara 75 lainnya masih dinyatakan hilang. Wilayah terdampak meliputi Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Gayo Lues, Subulussalam, hingga Nagan Raya.

Adapun di Sumatra Barat, korban meninggal mencapai 129 orang, sedangkan 118 warga lainnya belum ditemukan. Bencana melanda Kabupaten Agam, Padang Panjang, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Solok, Kota Solok, hingga Pesisir Selatan.

BNPB terus melakukan pencarian, penanganan darurat, dan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mempercepat proses evakuasi serta penyaluran bantuan.

 

-

Berita Populer