Redaksi : Kamis, 09 Oktober 2025 17:55

PAREPARE, BUKAMATANEWSUniversitas Hasanuddin (Unhas) membuktikan peran nyata perguruan tinggi dalam menggerakkan ekonomi akar rumput. Melalui Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst, Unhas sukses menggelar pelatihan transformatif di Kelurahan Lumpue, Parepare, yang secara spesifik menyasar Kelompok Wanita Tani (KWT) Masagena.

Kegiatan bertajuk "Pelatihan Identifikasi, Pengolahan, dan Pemasaran Jamur Lokal" ini memiliki misi ganda: mendukung Ketahanan Pangan (SDGs 2) sekaligus memberdayakan ekonomi masyarakat dengan mengubah potensi jamur lokal menjadi produk pangan bernilai tinggi.

Ketua Tim Pengabdian, Prof. Dr. Ir. Siti Halimah Larekeng, S.P., M.P., menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi. "Kami hadir untuk berbagi pengalaman dan keterampilan, khususnya dalam mengolah jamur menjadi produk bernilai jual tinggi, yang tidak hanya berguna untuk ketahanan pangan, tetapi juga peningkatan ekonomi masyarakat," tegas Prof. Siti Halimah.

Dukungan positif juga datang dari Lurah Lumpue, H. Nur Akbar, S.E, yang melihat inisiatif ini sebagai peluang besar bagi KWT untuk memaksimalkan sumber daya alam lokal dan membuka usaha baru yang berkelanjutan.

Inovasi Pangan: Dari Jamur Biasa ke Produk Mewah

Pelatihan ini tidak hanya berhenti pada teori. Para peserta dibekali ilmu aplikatif dalam tiga sesi krusial:

Identifikasi dan Manfaat Jamur: Mengenal keragaman jamur lokal yang aman dan bermanfaat, dipandu oleh Dr. Asrianny, S.Hut., M.Si.

Teknik Pengolahan Premium: Irwan, T.P.P., M.T.P., mengajarkan cara "menyulap" jamur menjadi produk pangan bernilai tinggi, seperti dendeng jamur dan kaldu jamur. Sesi ini menarik antusiasme tinggi karena membuka wawasan kuliner baru.

Digital Marketing Era Kini: Sesi terakhir oleh Ariella Ramadhani Putri, S.P., M.Si, fokus pada strategi pemasaran digital, melatih peserta untuk memanfaatkan media sosial dan platform online demi memperluas pasar.

Praktik Langsung: Membuat 'Daging Nabati' dari Jamur

Puncak kegiatan ini adalah demonstrasi memasak. Peserta langsung mempraktikkan cara membuat dendeng jamur shitake dan pasta kaldu jamur tiram.

"Pelatihan ini membuka wawasan kami tentang cara mengolah jamur menjadi daging nabati yang dapat dijual. Kami juga memperoleh pengetahuan baru tentang bagaimana memasarkan produk secara daring," ujar Ketua KWT Masagena, penuh apresiasi.

Dengan dukungan penuh dari Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Unhas dan keterlibatan aktif mahasiswa, program ini diharapkan menjadi model sukses pemberdayaan wanita berbasis potensi alam lokal. Harapannya, KWT Masagena akan menjadi motor penggerak usaha kuliner jamur yang inovatif dan berkelanjutan di Parepare.