Dewi Yuliani
Dewi Yuliani

Kamis, 09 Oktober 2025 22:53

Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama TRG Karst Bioprospesting and Society LPPM Unhas menggelar program pelatihan di Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare.
Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama TRG Karst Bioprospesting and Society LPPM Unhas menggelar program pelatihan di Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare.

Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Unhas Gelar Pelatihan Pengolahan Jamur di Parepare

Dengan dukungan penuh dari Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Unhas, tim berharap program ini tidak hanya memberikan dampak langsung, tetapi juga menjadi model pemberdayaan masyarakat berbasis wanita yang berkelanjutan.

PAREPARE, BUKAMATANEWS - Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama TRG Karst Bioprospesting and Society LPPM Unhas menggelar program pelatihan di Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare. Kegiatan ini bertajuk Pelatihan Teknik Identifikasi Jamur, Pengolahan Jamur Lokal Menjadi Produk Pangan Bernilai Tinggi, dan Manajemen Pemasaran Produk, yang difokuskan pada pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Masagena.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan potensi lokal kepada masyarakat melalui pengolahan jamur, serta meningkatkan kualitas hidup mereka dengan mengelola sumber daya alam secara produktif, berkelanjutan, dan bernilai ekonomis.

Acara dibuka dengan antusias oleh Prof. Dr. Ir. Siti Halimah Larekeng, S.P., M.P., yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pengabdian. Dalam sambutannya, Prof. Siti Halimah menjelaskan, kegiatan ini adalah implementasi dari tridarma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.

"Kami hadir untuk berbagi pengalaman dan keterampilan, khususnya dalam mengolah jamur menjadi produk bernilai jual tinggi, yang tidak hanya berguna untuk ketahanan pangan, tetapi juga untuk peningkatan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Nur Akbar, Lurah Kelurahan Lumpue, yang memberikan sambutan positif terhadap program ini. "Kami mendukung penuh inisiatif ini karena dapat membuka peluang bagi kelompok wanita tani di Lumpue untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam lokal, serta memperkenalkan peluang usaha baru yang berkelanjutan," ungkap Nur Akbar.

Pelatihan dan Teknik Pengolahan Jamur Jadi Produk Bernilai Jual

Pelatihan dibagi dalam beberapa sesi dengan topik-topik yang sangat aplikatif. Sesi pertama dimulai dengan sosialisasi mengenai keragaman jamur yang bermanfaat, yang disampaikan oleh Dr. Asrianny, Dosen Fakultas Kehutanan Unhas. Dalam sesi ini, peserta diperkenalkan pada berbagai jenis jamur lokal yang memiliki potensi untuk dikonsumsi, serta manfaat kesehatan yang bisa diperoleh.

Pada sesi kedua, Irwan, Dosen Fakultas Vokasi Unhas, mengajarkan teknik pengolahan jamur menjadi produk pangan bernilai tinggi, seperti dendeng jamur dan kaldu jamur. Peserta terlihat sangat antusias mempelajari cara-cara mengolah jamur untuk menghasilkan produk yang tak hanya bergizi tetapi juga bernilai jual tinggi.

Sesi terakhir memberikan pemahaman mengenai manajemen pemasaran produk yang dibawakan oleh Ariella Ramadhani Putri, Dosen Agribisnis Unhas. Dalam sesi ini, peserta diajarkan bagaimana memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk memasarkan produk olahan jamur, membuka peluang pasar yang lebih luas di era digital.

Demonstrasi Memasak dan Implementasi Praktis

Selain teori, para peserta juga diberi kesempatan untuk berlatih langsung dalam demonstrasi memasak produk olahan jamur. Dalam sesi ini, mereka diajarkan cara membuat dendeng jamur shitake dan pasta kaldu jamur tiram yang lezat dan bergizi. Kegiatan ini tidak hanya menambah keterampilan para peserta tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk mengembangkan usaha kuliner berbasis jamur.

Ketua KWT Masagena menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelatihan ini. "Pelatihan ini membuka wawasan kami tentang cara mengolah jamur menjadi daging nabati yang dapat dijual. Kami juga memperoleh pengetahuan baru tentang bagaimana memasarkan produk secara daring, yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan usaha kami," ujarnya.

Kegiatan ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Fakultas Vokasi Unhas, yang berperan aktif dalam membantu pelaksanaan kegiatan, mulai dari fasilitasi lapangan hingga dokumentasi. Dengan dukungan penuh dari Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst Unhas, tim berharap program ini tidak hanya memberikan dampak langsung, tetapi juga menjadi model pemberdayaan masyarakat berbasis wanita yang berkelanjutan.

Ke depan, diharapkan KWT Masagena dan kelompok lainnya dapat mengembangkan pengolahan jamur sebagai peluang usaha yang inovatif, sekaligus berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi lokal di Kota Parepare. (*)

#Unhas #Pengabdian masyarakat #Pengolahan jamur #Pusat Kolaborasi Riset Mikroba Karst

Berita Populer