Wiwi
Wiwi

Selasa, 05 November 2024 08:05

Sejumlah Wilayah Ini Alami Suhu Lebih Panas pada 2025, Ada Jawa hingga NTT

Sejumlah Wilayah Ini Alami Suhu Lebih Panas pada 2025, Ada Jawa hingga NTT

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, suhu permukaan rata-rata bulanan di wilayah Indonesia pada 2025 diprediksi mengalami anomali sekitar +0,3 hingga +0,6 derajat Celsius.

BUKAMATA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, wilayah Indonesia akan mengalami suhu lebih panas atau kenaikan temperatur pada 2025.

Sebelum terjadi pada 2025, Indonesia sudah mengalami cuaca panas pada Oktober 2024 karena minimnya tutupan awan dan pengaruh pergerakan semu Matahari, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, suhu permukaan rata-rata bulanan di wilayah Indonesia pada 2025 diprediksi mengalami anomali sekitar +0,3 hingga +0,6 derajat Celsius.

"Artinya ini lebih hangat, lebih panas sebesar +0,3 hingga +0,6 derajat Celsius pada bulan Mei hingga Juli 2025 dengan rata-rata lebih hangatnya ini 0,4 derajat Celsius,” ujar Dwikorita dalam Konferensi Pers: Climate Outlook 2025 secara daring pada Senin (4/11/2024) sore.

Wilayah yang diprediksi alami suhu lebih panas Terkait anomali suhu yang diprediksi terjadi pada 2025, Dwikorita meminta masyarakat yang tinggal di sejumlah wilayah untuk mewaspadai kenaikan temperatur.

Wilayah yang dimaksud Dwikorita mencakup Sumatera bagian selatan, Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Dwikorita juga menjelaskan, pemantauan yang dilakukan BMKG terhadap suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menunjukkan kecenderungan yang terus mendingin dengan indeks ENSO sudah melewati ambang batas La Nina sebesar -59.

Adapun, ENSO adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.

Sementara La Nina adalah terjadinya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

Indeks ENSO bulanan yang mencapai -59 disebut Dwikorita menunjukkan, La Nina lemah telah aktif. Di sisi lain, BMKG memantau Indian Ocean Dipole (IOD) atau perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah, yaitu Laut Arab di Samudera Hindia bagian barat dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia.

Berdasarkan pemantauan BMKG, IOD saat ini dalam kondisi negatif dengan indeks bulanan sebesar -0,7.

“Sementara itu, perairan Indonesia secara umum menunjukkan, suhu muka laut yang lebih hangat daripada normalnya dengan nilai rata-rata anomali pada bulan Oktober sebesar +0,69 derajat Celsius.

“Jadi ini lebih hangat kurang lebih sebesar 0,69 derajat Celsius,” jelas Dwikorita.

Menurut Dwikorita, BMKG dan lembaga iklim dunia lainnya memprediksi La Nina lemah berlanjut hingga awal 2025 lalu beralih ke fase netral hingga akhir tahun depan.

ENSO yang mencapai -59 pada Oktober 2024 diprediksi kembali beralih ke fase netral. Kondisi ini terus bertahan hingga akhir 2025. “Sementara itu, kondisi IOD atau pendinginan suhu muka air laut di bawah rata-rata normalnya di wilayah Samudera Hindia diprediksi akan kembali netral dan terus netral hingga akhir tahun 2025,” ujar Dwikorita.

#Cuaca ekstrem #suhu panas #BMKG

Berita Populer