Jurus Ilham Fauzi Jadikan Makassar Pusat Ekonomi Kreatif, Kembangkan Inkubator Center
12 Oktober 2024 15:12
Andi Ali Armunanto berpendapat bahwa dengan mengandalkan gaya politik institusional, Partai Golkar akan lebih bisa bertahan di tengah perubahan dan pergerakan elektoral yang masif.
MAKASSAR,BUKAMATA -Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan salah satu partai tertua di Indonesia. Namun jelang Pemilihan Umum yang tinggal 7 bulan ke depan. Kekuatan Partai Golkar mulai dipertanyakan.
Berdasarkan hasil survey beberapa lembaga partai Golkar mengalami pasang surut jika dilihat dari elektabilitasnnya.
Survei LSI Denny JA periode Januari 2023 menyatakan elektabilitas Golkar sebesar 13,8 persen. Saat itu, eElektabilitas Golkar berada di atas Gerindra yang merengkuh 11,2 persen. Namun, tertinggal cukup jauh dari PDIP dengan perolehan 22,7 persen.
Kemudian Survei Litbang Kompas Mei 2023 menunjukkan elektabilitas Golkar 7,3 persen. Menurun 1,7 persen dibanding Januari 2023 (9 persen).
Selain itu, survei Indikator Politik Indonesia Juni 2023 menempatkan Golkar di posisi ketiga dengan perolehan 9,2 persen. Golkar tertinggal cukup jauh dengan posisi pertama, PDIP dan kedua, Gerindra. Secara berurutan mereka meraih 25,3 persen dan 13,6 persen.
Hasil survei Lembaga Survei Indonesia periode Juli 2023 elektabilitas Golkar berada di bawah PDIP, Gerindra, dan PKS. Mereka hanya meraih 6,0 persen. PDIP memimpin dengan 23,7 persen, disusul Gerindra di posisi kedua sebesar 14,2 persen, dan PKS 6,2 persen.
Dalam pandangan Andi Ali Armunanto, seorang pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Partai Golkar adalah partai lama yang memiliki pengalaman yang banyak dalam pemilu.
"Hal ini membuat Golkar tetap bisa bertahan hingga saat ini dan di beberapa wilayah masih mendominasi," katanya.
Di wilayah Sulawesi Selatan, misalnya, Golkar tetap memegang peranan penting karena para kader senior yang memiliki pengalaman yang telah teruji dalam proses organisasi yang ketat.
"Meskipun ada bermunculan kader-kader baru, namun menurutnya, kaderisasi di Golkar berjalan dengan cukup baik sehingga pergantian elit dan kepemimpinan dalam partai tetap terjaga dengan baik," jelasnya.
Andi Ali Armunanto juga menekankan bahwa Golkar bukan tipe partai populis seperti PDIP, Gerindra, atau Demokrat.
Meskipun tidak memiliki sosok-sosok yang populer secara nasional, Golkar dikenal sebagai partai yang banyak melahirkan politisi-politisi handal.
"Namun, karena gaya politiknya yang tidak populis, Golkar dianggap sulit untuk memiliki calon presiden (capres) sendiri," katanya kepada Bukamatanews.id.
Salah satu kader Partai Golkar yang paling terkenal di Sulawesi Selatan adalah Taufan Pawe.
Ketua umum Partai Golkar DPD Sulsel ini dikenal karena mengadopsi gaya politik populis yang dapat dengan cepat meningkatkan popularitasnya.
Namun, menurut Andi Ali Armunanto, gaya politik populis juga memiliki kelemahan, seperti biaya politik yang tinggi dan relasi yang bersifat transaksional.
"Di sisi lain, terdapat calon gubernur lain yang jauh lebih populer dan memiliki potensi dengan gaya politik populis seperti Adnan, DP, dan IAS," katanya.
Andi Ali Armunanto berpendapat bahwa dengan mengandalkan gaya politik institusional, Partai Golkar akan lebih bisa bertahan di tengah perubahan dan pergerakan elektoral yang masif.
Gaya politik institusional diyakini dapat memberikan kestabilan dan ketahanan bagi partai dalam menghadapi dinamika politik yang terus berubah.
12 Oktober 2024 15:12
12 Oktober 2024 14:25
12 Oktober 2024 11:14
12 Oktober 2024 07:35
12 Oktober 2024 07:16
12 Oktober 2024 07:28
12 Oktober 2024 08:36