
Harga Telur Naik, Ini Penyebabnya Menurut Bapanas
Harga Jagung sebagai komponen pakan hari-hari ini sudah sekitar Rp5.800 sampai Rp6.000.
JAKARTA, BUKAMATA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut kenaikan harga telur belakangan ini disebabkan kenaikan harga pakan ternak mengalami kenaikan. Salah satu pakan ternak tersebut yaitu jagung.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono, menjelaskan, harga Jagung sebagai komponen pakan hari-hari ini sudah sekitar Rp5.800 sampai Rp6.000.
"Jauh dari harga ideal pemerintah yaitu Rp5.000," kata Maino, Kamis, 18 Mei 2023.
Faktor lain, menurutnya, komponen pakan lain seperti konsentrat juga mengalami kenaikan. Hal itu berdasarkan laporan dari kalangan peternak. "Sehingga harga produksinya mengalami peningkatan," ucapnya.
Selain itu, kata Maino, kenaikan harga telur dikarenakan permintaan dari masyarakat. Dimana mereka melakukan hajatan dalam bulan Syawal ini.
"Itu menjadi salah satu penyebab tingginya permintaan sehingga harga mengalami peningkatan," ungkapnya.
Maino menyampaikan, pihaknya terus melakukan pemantauan harga telur. Berdasarkan pemantauan di kalangan peternak, harga telur dalam kisaran harga Rp25.000.
"Kita harapkan nanti di konsumen bertahap akan normal kembali," kata Maino.
Bapanas, menurutnya, berkomitmen untuk melakukan normalisasi harga telur ini. Hal ini sesuai instruksi Presiden Jokowi.
"Arahan Bapak Presiden sampaikan dari hulu sampai hilir harga harus wajar dan seimbang," tegasnya.
Dalam kondisi ini, kata Maino, para peternak harus mendapatkan keuntungan yang layak. Begitu juga untuk para pedagang mendapatkan keuntungan.
"Tentu konsumen juga tersenyum karena mendapat harga yang wajar," ucapnya.
Di sisi lain, ia menyampaikan bahwa total produksi telur secara nasional hingga awal Mei lalu mencapai 6,13 juta ton telur. Sedangkan kebutuhan telur mencapai 5,88 juta ton telur.
"Sehingga secara agregat dalam satu tahun itu, kebutuhan telur kita surplus dan tidak kekurangan," urainya.
Meski demikian, ia mengakui adanya disparitas kebutuhan telur diantara wilayah sentral dan non-sentral. Seperti di wilayah Jawa dengan di luar Jawa. "Itu berbeda dengan wilayah di Indonesia timur seperti Papua, Maluku dan Kalimantan yang produksinya terbatas. Hal ini karena faktor distribusi," jelasnya.
Untuk mengatasi kondisi ini, menurutnya, upaya perbaikan dilakukan Bapanas. Ia memastikan perbaikan dilakukan dengan berkomunikasi dengan kalangan peternak dan pelaku usaha.
"Kita juga komunikasi dengan kementerian danblembaga," imbuhnya.
Pihaknya kerap menyerap produksi para peternak kecil. Selanjutnya, produksi mereka disalurkan kepada masyarakat. "Jadi ada dua tujuan dalam bantuan pangan ini. Selain membantu masyarakat untuk mencegah stunting. Juga untuk membantu para peternak kecil, mandiri dan UMKM agar mendapatkan harga yang lebih baik," ujarnya. (*)
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47