BUKAMATA -Setelah sempat keok diawal tahun 2023 Rupiah akhirnya menunjukkna perlawanan terhadap Dollar Amerika Serikat (AS).
Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.585/US$, menguat tipis 0,06% di pasar spot setelah sebelumnya keok 2 hari berturut-turut bahkan masih melemah pada pembukaan perdagan pagi tadi.
MEngutip CNBC Indonesia, indeks dolar AS yang merosot 0,37% hingga sore ini membuat rupiah mampu menguat. Kendati Rupiah sudah menunjukkan perlawanan, pergerakan masih volatil akibat perdagangan yang masih sepi, dan pasar menanti rilis data-data ekonomi terbaru.
"Kita kembali ke serangkaian data ekonomi, jadi jika akan melihat pergerakan harga yang didorong fundamental," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.
Awan Gelap Ekonomi Global
Dunia internasional menyambut 2023 dengan pandangan pesimis. Awan gelap menghantui tiga negara adi daya dunia saat ini yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa dan China.
Melansir Reuter, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan untuk sebagian besar ekonomi global, 2023 akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global - Amerika Serikat, Eropa, dan China - semuanya mengalami aktivitas yang melemah.
"Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar - AS, UE, dan China - semuanya melambat secara bersamaan," tuturnya kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).
Dalam kondisi tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi diuntungkan.
BERITA TERKAIT
-
Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Melemah Lagi Hari Ini
-
Pemerintah Patok Nilai Tukar Rupiah di Kisaran Rp16.500 pada 2026
-
Rupiah Bangkit dari Level Terendah Sejak 1998, Merangkak ke Rp16.587
-
Nilai Tukar Rupiah Jadi Rp8.170 di Google, Berikut Fakta Menurut Bank Indonesia
-
Konflik Timur Tengah Memanas Picu Pelemahan Rupiah