Gelombang Protes Rakyat di China : Hapuskan Lockdown, Turunkan Xi Jinping
Kejadian yang menelan korban 10 orang ini kemudian dikaitkan dengan kebijakan lockdown pemerintah untuk menghambat laju penyebaran Virus Covid -19.
BUKAMATA - Gelombang protes rakyat di China mulai terjadi. Demostrasi ini disebut sebagai demostrasi langka seban diketahui, kali terakhir gelombang massa aksi terjadi di China pada tahun 1989.

Aksi protes dari masyarakat ini di picu oleh tragedi kebakaran gedung di Urumqi pada jumat pekan lalu yang dinilai menelan korban jiwa akibat sebagian akses gedung yang dikunci. Kejadian yang menelan korban 10 orang ini kemudian dikaitkan dengan kebijakan lockdown pemerintah untuk menghambat laju penyebaran Virus Covid -19.
Kendati telah dibantah oleh pemerintah melalui pernyataan pers resmi, namun, masyarakat tetap tidak menerima hal tersebut, sehingga kelompok-kelompok masyarakat mulai melakukan aksi demonstrasi.
Aksi demostrasi pertama kali muncul di ibu kota negara Beijing kemudian menyebar ke kota lain pada akhir pekan, Sabtu (26/11/2022). Setidaknya 400 orang berkumpul di tepi sungai kota itu.
"Kita semua orang Xinjiang! Pergilah orang China!" teriak mereka.
Sejumlah wartawan media asing di lokasi juga menggambarkan kerumunan warga menyanyikan lagu kebangsaan dan mendengarkan orasi di wilayah itu. Sementara di sisi lain tepi kanal, barisan mobil polisi menunggu.
Universitas juga menjadi lokasi demonstrasi. Akhir pekan dilaporkan pula sekitar 200 hingga 300 mahasiswa berunjuk rasa di Universitas elit Tsinghua, Beijing.
"Mereka memprotes penguncian," kata seorang saksi mata.
"Demokrasi dan supremasi hukum, kebebasan berekspresi," bunyi sebuah rekaman video memprotes pemerintah.
Bukan hanya Beijing, demo serupa juga terjadi di universitas lain, seperti Peking, Xi'an, Guangzhou, dan Wuhan. Dilaporkan penjagaan pihak berwenang juga terjadi di universitas-universitas di seluruh China.
Tindakan Represif Polisi
Para pengunjuk rasa di China menuntut lockdown dihentikan dan meminta Presiden i Xi Jinping mundur dari jabatannya.
Hal tersebut memancing tindakan keras polisi yang berusaha menghalau massa.
Seorang pengunjuk rasa mengatakan kepada AFP bahwa dia dan lima temannya yang menghadiri protes menerima panggilan telepon dari polisi Beijing yang meminta informasi tentang gerakan mereka pada Senin malam.
Dalam satu kasus, katanya, seorang petugas polisi mengunjungi rumah temannya setelah mereka menolak menjawab telepon.
menyebutkan nama saya dan bertanya apakah saya pergi ke sungai Liangma tadi malam... dia bertanya dengan sangat spesifik berapa banyak orang di sana, jam berapa saya pergi, bagaimana saya mendengarnya," katanya kepada AFP.
Sementara itu, BBC mengatakan salah satu jurnalisnya telah ditangkap dan dipukuli oleh polisi saat meliput protes Shanghai, meskipun kementerian luar negeri China bersikeras bahwa reporter tersebut tidak mengidentifikasi dirinya seperti itu.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47
