Hikmah
Hikmah

Sabtu, 05 November 2022 11:44

Ngeri! PMI Global Anjlok Nyaris 50 %, Ratusan Ribu Pengangguran Baru Lahir di Indonesia

Ngeri! PMI Global Anjlok Nyaris 50 %, Ratusan Ribu Pengangguran Baru Lahir di Indonesia

Salah satu bukti nyata dari resesi ekonomi negara-negara barat adalah Purchasing Managers' Index (PMI) yang anjok hingga mendekati 50%,

BUKAMATA - Kondisi perlambatan ekonomi di negara-negara maju, mau tidak mau akan berdampak, serius terhadap perekonomian bangsa Indonesia. 

Salah satu bukti nyata dari resesi ekonomi negara-negara barat adalah Purchasing Managers' Index (PMI) yang anjok hingga mendekati 50%, 

"PMI Manufaktur global bulan September 2022 yang masuk kontraksi 49,8," kata Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (5/11/2022)

Amblasnya PMI ini membuat pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak terjadi di pabrik sepatu dan tekstil dalam negeri. Hal ini disebabkan perlambatan ekonomi dan lonjakan inflasi di negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China. Penundaan dan pembatalan ekspor dilaporkan terus terjadi, bahkan sudah ada yang mengalami pembatalan sampai 50%.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri mengungkapkan, industri alas kaki di Tanah Air sejak Juli 2022 terus mengalami penurunan order ekspor.

Hanya saja, kata dia, karena pendataan yang terlambat dari realisasi pengiriman, hingga Agustus 2022, ekspor alas kaki (sepatu) RI terlihat masih tumbuh signifikan. Akibatnya, lanjut Firman, PHK yang sudah terjadi pun menjadi tak terdeteksi.

"Tanpa dukungan pemerintah, PHK mungkin akan semakin massif mulai akhir tahun ini sampai tahun depan. Data yang kami rekap, sudah ada 22.500-an buruh pabrik alas kaki yang sudah di-PHK," kata Firman kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (5/11/2022).

Tekanan ekonomi dan lonjakan inflasi di negara-negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat (AS) dan negara Uni Eropa (UE) menyebabkan konsumen lebih mengutamakan belanja energi maupun bahan makanan.

"Akibatnya, stok di sana masih banyak dan mereka belum bisa terima barang dari kita. Kondisi ini sudah dialami beberapa pabrik alas kaki sejak awal semester-II, bulan Juli 2022," kata Firman.

Dia mengaku tidak bisa memprediksi sampai kapan dan besar dampak yang ditimbulkan ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi di sejumlah negara tujuan ekspor.

"Kami mengkhawatirkan order akan terus turun 50% sampai semester pertama tahun depan. Kita nggak bisa tahu apakah kondisi ini akan berakhir di akhir tahun 2022 ini," kata dia.

Pabrik Garmen PHK hingga Tutup Operasi

Juru Bicara Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Sariat Arifia mengungkapkan, mulai ada penurunan kapasitas produksi dan berimbas pada pemangkasan karyawan.

"Dari segi jumlah tenaga kerja, walau pabrik masih buka, namun kapasitas karyawan sudah di bawah 50 persen masa masa sebelumnya," kata Sariat.

Selain menurunkan kapasitas produksi, sejumlah perusahaan yang tidak mampu lagi bertahan juga sudah menutup operasional, artinya tutup pabrik. Data PPTPJB setidaknya ada 18 pabrik garmen yang sudah tutup di Jawa Barat.

"Sebelum kejadian ini, penutupan di Jawa Barat wilayah Bogor dan Purwakarta sudah terjadi. Peristiwa resesi Eropa, Amerika hanya memperburuk keadaan. Untuk wilayah Bogor saja, sudah berkurang kurang lebih 50%. Di Purwakarta lebih kurang sama," ujarnya.

78.000 Buruh Tekstil Dirumahkan

Nasib serupa melanda sektor TPT nasional. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengungkapkan, perlambatan global berimbas ke industri TPT di dalam negeri.

"Sudah banyak anggota API yang melakukan pengurangan waktu kerja. Dari 7 hari setiap minggu menjadi 5 hari dalam seminggunya," kata Jemmy.

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, jumlah karyawan yang dirumahkan terus bertambah.

"Perumahan karyawan dan PHK masih terus bertambah. Per hari Selasa (2 November 2022) sekitar 78.000 orang. Pengurangan order juga masih terus," kata Redma.

 

 

#Angka pengangguran #PHK massal

Berita Populer