Akhiri Polarisasi Bangsa, Anis Matta Jadikan Partai Gelora Lebih Indonesia
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta menegaskan, Partai Gelora adalah wadah aspirasi politik semua kelompok.
JAKARTA, BUKAMATA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta menegaskan, Partai Gelora adalah wadah aspirasi politik semua kelompok, baik kelompok kanan, kelompok tengah atau moderat, dan kelompok kiri.

Hal ini diharapkan dapat menghilangkan dampak polarisasi bangsa yang terjadi akibat pertarungan politik di Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu.
"Partai Gelora harus berdiri, mewakili semua populasi, bukan kelompok-kelompok. Kita saat ini terpolarisasi, setidaknya ada tiga kelompok, kelompok kanan, kelompok tengah atau moderat, dan kelompok kiri," kata Anis Matta dalam keterangannya, Senin (22/11/2021).
Menurut Anis Matta, Partai Gelora membawa semangat aspirasi semua kelompok, bukan satu kelompok. Sehingga Partai Gelora lebih terbuka, dibandingkan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang masih mewarasi pengelompokkan lama.
"Yang kanan biasanya menggunakan istilah umat. Yang tengah menggunakan istilah bangsa. Yang kiri menggunakan istilah rakyat. Bedanya apa rakyat, bangsa, ummat? Secara pengertian ini sama saja sebetulnya. Makanya kita di Partai Gelora menggunakan istilah gelombang rakyat karena kita mau keluar dari semangat mewakili kelompok," jelasnya.
Anis Matta mengungkapkan, saat dirinya menjadi Presiden PKS beberapa waktu silam, ia berusaha untuk menjadikan PKS sebagai partai terbuka, dengan menggelar kongres di Bali.
Namun, upaya tersebut tidak berhasil dan ditentang elit-selit PKS yang masih mewarisi pengelompok lama. Ia pun memutuskan untuk keluar dari PKS dan membentuk Partai Gelora, yang lebih meng-Indonesia.
"Ini yang harus saya jelaskan, karena kita masih kerap dihubung-hubungkan dengan PKS. Kader PKS di Partai Gelora itu minoritas, sekitar 5 persen saja, lainya dari berbagai kelompok dan agama. Dan sebagian besar kader kita, pendidikannya justru tingkat SD-SMA, mencermikan pendidikan rakyat Indonesia, tetapi mereka bia memahami narasi 5 besar dunia, yang dianggap berat oleh sebagian elit politk," ujarnya.
Karena itu, Partai Gelora harus bisa menjadi jembatan bagi semua kelompok, bukan membangun tembok yang menghalangi berbagai elemen lain.
Saat ini, diperlukan kolaborasi semua kelompok agar Indonesia menjadi bangsa besar dan pemain global yang disegani.
Anis Matta menjelaskan, untuk membesarkan Partai Gelora, dia menggunakan strategi berbeda saat menyelamatkan PKS dari prahara yang menimpa mantan Preside PKS Luthfi Hasan Ishaq saat di tangkap KPK dalam kasus korupsi.
"Di tengah guncangan itu, pada Pemilu 2014 kita sukses membawa PKS tetap eksis dengan meraih 6,79 persen suara (hasil akhir perhitungan KPU) dan bertahan di parlemen. Tetapi Dalam politik enggak ada strategi yang bisa dipakai dua kali," katanya.
Anis menegaskan bahwa strategi seperti itu tidak bisa dipakai lagi dalam Pemilu 2024, seperti membranding partai melalui media seperti televisi. Namun saat ini, menurut dia strategi semacam itu sudah bukan eranya lagi.
"Seperti pampers, sekali pakai buang. Kita harus memikirkan strategi baru. Strategi baru ini sudah di kita terapkan di Partai Gelora, dan alhamduillah selama dua tahun ini ada capaian yang luar biasa," tegasnya.
Anis Matta menambahkan, Partai Gelora akan mengedepankan untuk membangun kedekatan dengan berusaha melakukan pertemuan langsung dengan masyarakat.
"Ini tidak bisa digantikan dengan apapun. Karena itu sekarang kita berusaha menjembatani ini di tengah pandemi sekarang ini," pungkasnya.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47
