Redaksi
Redaksi

Sabtu, 19 Juni 2021 12:53

Undangan syukuran sekretariat Relawan Jokpro 2024.
Undangan syukuran sekretariat Relawan Jokpro 2024.

JokPro 2024 Dinilai Pengamat Tak Sehat Buat Demokrasi

Wacana untuk menduetkan Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2024 mendatang mulai muncul. Itu artinya, mereka sedang berjuang menggolkan aturan Presiden tiga periode. Pengamat bilang, ini tak sehat bagi demokrasi.

JAKARTA, BUKAMATA - JokPro 2024 digaungkan. Mewacanakan pasangan Jokowi-Prabowo Subianto di pilpres yang akan datang.

Relawan JokPro 2024, direncanakan akan membentuk sekretariat pada Sabtu (19/6) di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. M Qodari, penggagas Jokowi 3 periode mengatakan, organisasi itu merupakan wadah dari beberapa pihak yang menyambut baik gagasan tersebut. Diketahui, gagasan itu juga sempat dilontarkan Qodari pada Februari-Maret lalu.

"Organisasi ini merupakan wadah dari berbagai pihak yang menyambut ide dan gagasan yang saya lontarkan di beberapa media, pada Februari-Maret 2021," kata Qodari, kepada wartawan, Jumat (18/6/2021) kemarin.

Terkait mewacanakan duet Jokowi-Prabowo pada Pilpres 2024, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, era reformasi saat ini memiliki semangat agar jabatan presiden dibatasi. Presiden Jokowi, kata Adi, sudah menegaskan tak ingin dicalonkan lagi di pilpres mendatang.

"Pertama, ini menghancurkan semangat reformasi yang ingin mengamputasi jabatan presiden tak terbatas Orba. Jelas menjadi langkah mundur demokrasi. Padahal Jokowi berulang kali nolak keras tak mau dicalonkan lagi. Masih saja ada yang ngipas-ngipasin," kata Adi kemarin.

Partai politik kata dia, juga didesak untuk sama-sama menolak wacana jabatan presiden tiga periode. Elite partai, kata Adi, selama ini pun dinilai merupakan buah dari reformasi.

"Kedua, kondisi ini makin aneh karena nyaris tak satu pun partai teriak lantang menolak jabatan 3 periode. Padahal mereka yang saat ini jadi elite hasil reformasi. Buah demokrasi langsung, hasil jabatan presiden yang dibatasi hingga ada siklus kepemimpinan," ujarnya.

Adi memberikan sindiran soal wacana jabatan presiden tiga periode. Para mantan aktivis yang dulu mendorong reformasi untuk membatasi masa jabatan presiden pun dinanti untuk menolak wacana jabatan presiden tiga periode.

"Ketiga, kalau usul merombak sistem politik jangan tanggung. Sekalian saja jabatan presiden seumur hidup seperti raja. Jabatan diwariskan turun temurun. Presiden dipilih MPR. Kepada daerah ditunjuk presiden. Berlakukan kembali GBHN dan seterusnya. Tak usah malu-malu kalau usul jabatan lama, sekalian saja lama," ucap Adi.

"Banyak elite di negara ini, baik yang jadi dewan dan pengurus partai yang sangat bangga menyebut dirinya aktivis reformasi 98, mantan demonstran, dan mantan aktivis Cipayung, tapi tak terdengar suara lantang mereka soal jabatan 3 periode presiden," imbuhnya.

#Jokowi #Prabowo #Jokpro