Redaksi : Minggu, 25 April 2021 05:43
Secercah harapan di KRI Nanggala-402.

JAKARTA, BUKAMATA - Meski kecil, tapi harapan itu masih ada. Bukti otentik memang ditemukan, bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 yang membawa 53 awak, tenggelam. Itu dari sejumlah benda dan serpihan yang diyakini milik kapal selam buatan Jerman itu.

Namun, penyelam Kopaska melihat ada cahaya dari lampu "hantu laut' itu, saat awal-awal menyelam. Itu menandakan Nanggala-402 tidak blackout.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan, dalam keadaan listrik tidak mati, maka pasokan oksigen bisa bertahan hingga 5 hari. Sedang dalam posisi black out, hanya bisa 72 jam, dan itu artinya Sabtu dini hari kemarin.

"Saya menduga kapal tidak blackout, tapi kalau saat menyelam blackout, kemampuannya hanya 72 jam. Tapi kalau ini kelistrikannya hidup, itu bisa bertahan 5 hari," ucapnya.

Selain itu, di dalam kapal selam kata Yudo, ada sekat-sekat, yang kadang jika pintunya ditutup, maka air tidak akan masuk ke sekat lainnya.

Yudo lantas memberikan contoh terkait penutupan sekat ini. Dia menyebut, bila air masuk pada bagian depan kapal dan sekat ditutup, kemungkinan air tidak masuk ke bagian lain.

"Jadi dalam ruangan-ruangan ini kan dibagi per kompartemen. Bila hanya di depan, kemudian anggota sempat menutup, ada kemungkinan tidak kemasukan air," ujarnya.

Sekat-sekat ini disebut dimiliki oleh semua kapal. Sekat merupakan pintu kedap yang dilakukan dengan cara diputar.

"Jadi kapal itu ada kompartemen-kompartemennya yang bisa ditutup dengan pintu kedap yang diputar," pungkasnya.

KRI Nanggala-402 sebelumnya hilang kontak dalam latihan penembakan torpedo pada Rabu (21/4/2021) dini hari. TNI melakukan fokus pencarian KRI Nanggala-402 di laut sebelah utara Bali, sekitar 40 km dari Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Di lokasi tersebut ditemukan tumpahan minyak dan daya magnet yang besar yang diduga bersumber dari KRI Nanggala-402.

Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, TNI AL bersama Polri, Basarnas, KNKT dan BPBD, serta aset-aset negara sahabat, seperti Australia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, telah berupaya dan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan KRI Nanggala.