LUWU, BUKAMATA - Hari Perlawanan Rakyat Luwu dan Hari Jadi Luwu yang diperingati Sabtu, 23 Januari 2021 di Kota Masamba, Luwu Utara, diwarnai aksi demonstrasi sejumlah organisasi.
Di momen tersebut yang seharusnya menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Tana Luwu karena bebas dari penjajahan dan mandiri dari sumber daya alamnya serta kaya akan budayanya.
Namun semua itu berbeda dari pandangan dari ratusan mahasiswa, yang turun hadir menyampaikan aspirasinya lewat demonstrasi di Kota Masamba dari berbagai elemen organisasi kedaerahan, organisasi masyarakat serta organisasi kepemudaan yang mengatasnamakan Aliansi Wija To Luwu.
Baca Juga :
"Pada kesempatan ini kami memberikan penilai bahwa agenda tersebut hanya tinggal seremonial saja, yang tiap tahunnya diperingati tanpa jelas apa capaian dari agenda tersebut dengan melihat permasalahan kekinian yang terjadi di Tana Luwu, harmonisasi pemerintah se-Luwu Raya dan Gubernur Sulawesi Selatan sudah tidak lagi. Ketika kita bicara HJL/HPRL terbukti Gubernur Sulawesi Selatan suda dua kali peringatan HJL-HRPL di Luwu Timur 2020 dan 2021 di Luwu Utara tidak hadir," beber Jenderal Lapangan Aliansi Wija To Luwu, Herman Pasande.
Terakhir Gubernur Sulawesi Selatan Prof. Nurdin Abdullah hadir di HJL/HPRL di 2019 di Kota Palopo bersama pemda se-Luwu Raya. Kesempatan kala itu pula lah ratusan mahasiswa turun hadir menyampaikan masalah terbesar masyarakat Tana Luwu yakni pemekaraan Walenrang Lamasi menjadi DOB Luwu Tengah yang terdiri dari 6 kecamatan, yang terpisah dari induk kabupatennya oleh satu kota sejak tahun 2004.
Kala itu 23 januari 2019 di kantor Wali Kota Palopo, Gubernur Sulawesi Selatan bersama pemda se-Luwu Raya yang seruangan massa aksi melakukan dialog. Dalam agenda tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan menyampaikan permasalahan Walenrang Lamasi ini sudah lama dia tahu dan memang sudah memenuhi syarat dan sudah sampai di Komisi II DPR-RI. Akan tetapi masih terkendala moratorium. Tetapi Gubernur Nurdin waktu itu berjanji akan menindaklanjuti.
Kemudian massa aksi tetap mengawal dan menindak lanjuti di Kota Makassar di depan kantor gubernur melakukan gerakan desakan demosntarasi mahasiswa dan pemuda se-Luwu Raya sehingga pada 18 Desember 2019 akhirnya Pemerintah Kabupaten Luwu menyerahkan berkas pengajuan Diskresi ke Pemerintah Sulsel dan Gubernur Nurdin Abdullah menerima pengajuan tersebut, dengan melahirkan kesepakatan akan membawa jalur pemekaraan COB Luwu Tengah lewat jalur diskresi ke Presiden Jokowi.
"Namun sampai hari ini tidak ada kejelasan dari Pak Gub. Dikemanakan berkas itu, apa sudah di tindaklanjuti ke stakholder di pusat, atau sekadar diterima secara serimonial saja lalu tak di urus. Inilah yang mendasari kami sehingga kami turun dalam gerakan Alinsi Wija to Luwu di Kota Masamba, karena kami tahu 23 Januari HJL/HRPL 2021 kabupaten Luwu Utara lah tuan rumah hadirnya kami untuk ketemu Gubernur Sulsel. Tetapi lagi-lagi Gubernur Sulsel absen di hari jadi Luwu ke-753 dan hari perlawanan rakyat Luwu ke 75," ungkap jenderal lapangan Aliansi Wija To Luwu, Harman Pasande.
Arivan Kurnia yang juga Wakil Jenderal Lapangan menambahkan, Pemda Luwu juga tidak boleh tinggal diam harus peka melihat aspirasi kawa-kawan aliansi Wija to Luwu.
"Harusnya mampu Proaktif mengkomonikasikan ke Gubernur bersama kepala daerah lainnya se-Tana Luwu, apakah kami juga harus dari Aliansi Wija to Luwu mendatangi kantor Bupati Luwu baru ada trasparansi," ungkapnya.
"Jika hanya menunggu maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Jangan seolah-olah jika mahasiswa diam maka Kepala Daerah Se-Tana Luwu juga diam," tambahnya.
Dalam rute gerakan massa aksi Wija to Luwu pada 23 Januari 2021 lakukan longmars dari Kota Palopo menuju Kota Masamba menggunakan mobil truk sebagai mobil komando dan beberapa mobil lainnya dan kendaraan roda dua. Adapun titik aksi Aliansi Wija to Luwu jembatan Sabbang, Monumen Tugu Masamba Affair dan jembatan Baliase.
Massa aksi menimbulkan kemacetan karena memblokade jalan transnasional. Namun massa aksi kemudian membubarkan diri secara tertib pada pukul 17.00 Wita setelah menyampaikan orasinya.
Penulis : Irwan Musa