Wapres Gibran Buka Gebyar ABG, Dorong Kolaborasi Nasional untuk Kemandirian Obat
15 November 2025 21:15
Ini laporan citizen report. Dari Haidir Fitra Siagian, dosen UINAM juga pengurus PW Muhammadiyah Sulsel yang sekolah di Universitas Wollongong, New South Wales, Australia.
WOLLONGONG, BUKAMATA - Sesuai dengan rencana yang sudah dibicarakan dua bulan lalu, kemarin kami berkesempatan bersama dengan teman-teman KKSS Sydney melaksanakan camping. Mulai Jumat hingga Senin yang akan datang, selama empat hari. Tempatnya di Kawasan Port Stephen, sekitar 320 km dari Wollongong. Namun masih berada di dalam Negara Bagian New South Wales Australia.

Ini adalah camping kedua yang kami ikuti, setelah awal tahun lalu, sebelum Covid-19 merebak, diadakan di Umina Beach Woy Woy, sekitar 100 km dari Sydney. Sebenarnya dua bulan kami juga diajak ikut camping di Corimal. Tapi kami tak ikut, karena terlalu dekat dari rumah, hanya sepuluh menit naik mobil. Sebagai gantinya waktu itu, kami undang mereka datang ke rumah.
Seperti camping yang lalu, kami selalu mendapat satu keistimewaan. Maklumlah, sebagai pelajar yang sedang menuntut ilmu, tentu masih memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam hal perbekalan camping. Seperti tenda, alat-alat masak, terpal dan lain-lain. Untuk hal ini, kami tak perlu bawa. Teman-teman warga KKSS yang siapkan. Pokoknya ikut saja. Bahkan untuk camping kali ini, kami disiapkan satu unit mobil mewah, Honda Brio biru. Baru kali ini saya bawa mobil mewah dengan kecapatan rata-rata 100 km, sesuai ketentuan di jalan tol.
Kemarin kami berangkat dari Wollongong jam tujuh pagi, naik kereta api. Kemudian tiba di rumah teman di kawasan Lakemba Sydney, setengah sepuluh pagi. Setelah dijamu makan pagi dengan nasi Padang rasa Enrekang, kami berangkat rombongan sebanyak tiga mobil. Yang lainnya menyusul ba'da Jumat karena masih bekerja.
Dalam perjalanan ke Port Stephen kemarin, kami singgah di sebuah masjid untuk melaksanakan salat Jumat. Sekitar 150 km dari Sydney. Tiba di masjid ini, jemaah sudah ramai.
Masuk masjid mesti dengan protokol keselamatan yang ketat. Semua jemaah didaftar, nama dan nomor telepon. Ketika sudah masuk masjid, saya langsung salat sunnah. Selesai salat, seorang petugas memanggil saya keluar. Dia memberikan sajadah plastik dan mengantar saya ke ruang belakang.
Ternyata semua jemaah yang datang yang tidak membawa sajadah, ditempatkan di ruang belakang. Ruangan salat wanita. Mengapa? Demikianlah cara mereka mengatur sebagai bagian dari protokol kesehatan. Semua pendatang tak boleh bergabung dengan warga kota setempat.
Nah yang unik adalah, masjid ini dulunya adalah sebuah gereja. Sekarang sudah dialihkan menjadi masjid. Saya sempat diskusi dengan jemaah, bahwa masjid ini dibeli oleh seorang pengusaha, warga negara Indonesia. Dia seorang pengusaha yang sudah lama tinggal di Australia.
Setelah dia beli dan dijadikan masjid, pengurusannya diberikan kepada umat Islam setempat. Sebagai besar adalah warga keturunan Pakistan dan Bangladesh. Sedangkan warga Indonesia tersebut sudah pindah ke kota lain. Ceritanya hanya dia beli dan serahkan kepada jamaah. Subhanallah.
Wassalam
Holiday Park, Port Stephen, Ba'da Subuh, 19.12.20
15 November 2025 21:15
15 November 2025 17:18
15 November 2025 17:11
15 November 2025 14:46
15 November 2025 14:14