Redaksi
Redaksi

Kamis, 13 Agustus 2020 08:18

Ilustrasi
Ilustrasi

Ibu Hamil di Bulukumba Meninggal Bersama Janin, Suami: Dokter dengan Santainya Main HP

Seorang ibu hamil di Bulukumba meninggal bersama janinnya. Suami korban menduga, pelayanannya lambat. Pihak rumah sakit bilang sudah sesuai prosedur.

BULUKUMBA, BUKAMATA - Kamis, 6 Agustus 2020, Ihsan Ade Musbar menemani istrinya, Andi Rasti Utari Dwi Rahayu (25) ke dokter praktik di Bulukumba. Dokter kemudian merujuk Andi Rasti ke RSUD Sultan Dg Radja. Alasannya, usia kandungannya lewat 3 hari.

Pukul 20.00 Wita, Ihsan mengantar istrinya masuk ke IGD Sultan Dg Radja. Namun sejak masuk IGD hingga dipindahkan ke ruangan bersalin, Ihsan mengaku istrinya tak pernah ditangani dokter.

Ihsan juga mengaku tak sempat memberi tahu pihak rumah sakit kalau usia kandungan istrinya melewati hari. Pasalnya, di surat rujukan jelas tertera soal kondisi istrinya.

Di ruangan bersalin kata dia, istrinya cuma dikasi infus. Selain itu tidak ada pergerakan.

"Itu dokter tidak ada sama sekali datang. Diinfus saja. Adaji perawat di situ sekali-sekali," kata Ihsan dikutip dari Detik.

Jumat pagi, 7 Agustus 2020. Pukul 08.00 Wita saat itu. Ihsan melihat istrinya tiba-tiba meringis kesakitan. Saat itu Ihsan langsung memanggil perawat. Melihat kondisi istri Ihsan kritis, perawat kemudian melapor ke dokter rumah sakit.

"Ndak lama kemudian baru muncul dokter, tapi ini sekarat mi, sekarat sekali mi. Datang dokter dengan santainya main HP pakai baju biasa, dia lagi sempat-sempat angkat telepon," ucap Ihsan.

Nyawa istri Ihsan tak dapat diselamatkan. Dokter kemudian memberi penjelasan ke Ihsan, bahwa bayi di kandungan istrinya masih hidup karena jantungnya masih berdetak. Ihsan lalu meminta dokter menyelamatkan bayinya.

"Setelah itu dia (dokter) langsung bilang ke saya, bilang ndak tega mau dikasi begitu (dioperasi sesar) istrinya? Ndak tega?" beber Ihsan.

Terkait hal itu, pihak RSUD Andi Sultan Dg Radja memberikan klarifikasi. Kasubag Humas dan Promosi Kesehatan RSUD Sultan Daeng Radja, Gumala Rubiah mengatakan, sejak pasien masuk, denyut jantung janin dan kontraksi/his dipantau tiap jam oleh bidan. Semua hasil pantauan/observasi dilaporkan ke dokter via phone, instruksi/advis diberikan juga via phone.

"Saat itu semua hasil pemantauan masih dalam batas normal," kata Gumala.

Gumala bilang, soal dokter bermain ponsel, karena saat itu dokter sedang menghubungi dokter lainnya untuk membantu penyelamatan.

"Dokter menggunakan HP karena beliau sementara menghubungi tim Code Blue dan dokter lainnya untuk membantu dalam tindakan penyelamatan," katanya.

Kemudian soal dokter bertanya apakah Ihsan tega istrinya disesar, Gumala menyebut kondisi bayi Ihsan memang tak mungkin bisa diselamatkan. Pasalnya, denyut jantung bayi Ihsan tidak normal.

Saat itu kata Gumala, denyut jantung bayi Ihsan hanya satu kali per menit. Padahal normalnya lanjut Gumala, 120 hingga 140 per menit.

"Sesaat setelah ibu dinyatakan meninggal dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin dengan USG, didapatkan denyutan sekali dalam satu menit, normalnya denyut jantung bayi 120-140 per menit. Dalam kondisi tersebut pihak keluarga diinformasikan bahwa sangat kecil kemungkinan bayi dapat diselamatkan," kata Gumala.

#Ibu Hamil #Bulukumba