Redaksi
Redaksi

Senin, 27 April 2020 08:26

Ika Puspita Sari Semasa Hidup
Ika Puspita Sari Semasa Hidup

Petaka Tarif Kencan di Kamar 857

Usai melakukan pembunuhan, Junaidi melangkah biasa keluar apartemen. Seperti pembunuh profesional dia menyembunyikan pisau di balik bajunya. Dia lupa, puluhan CCTV menyorotnya.

SURABAYA, BUKAMATA – Rabu, 22 April 2020. Ahmad Junaidi Abdillah (19), mengutak-atik aplikasi MiChatnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada foto seorang gadis. Dia menawarkan layanan seks. Tarifnya Rp500 ribu satu kali kencan. Kalau mau dua kali, tambah Rp300 ribu jadi Rp800 ribu.

Junaidi tertarik dengan foto profil wanita berusia 36 tahun itu. Dia lantas mengirim pesan, menawar angka-angka itu. "Bagaimana kalau Rp500 ribu dua kali kencan," pesan Junaidi di aplikasi itu.

"Ke apartemen saja kalau mau serius dilayani," jawab wanita yang belakangan diketahui bernama Ika Puspita Sari itu.

Junaidi menganggap itu kata iya dari Ika. Dia pun meluncur ke alamat yang diberikan Ika. Apartemen Puncak Permai Surabaya, Tower A Lantai 8, Kamar 857.

Tak sulit mencari alamat itu. Junaidi lalu masuk ke kamar korban. Mereka lalu jabat tangan. Hubungan intim pun dilakukan. Selesai, Junaidi dan Ika duduk di sofa. Ika memasang celana dalamnya, juga baju tank top. Sedang Junaidi membakar rokok.

Mereka lalu terlibat pembicaraan. Junaidi ingin kembali berhubungan badan. Namun, ajakanya ditolak Ika. Gadis asal Semarang itu mengaku sudah lelah. Ingin istirahat. Mendapat jawaban itu, Junaidi mengeluarkan uang Rp250 ribu. Dia lalu menyerahkannya kepada korban.

Korban spontan tidak terima. Ika meminta Rp500 ribu. Namun, pelaku bergeming. Junaidi berdalih hanya membayar setengahnya karena baru sekali berhubungan intim. Ika kemudian memaki pelaku. Dia merasa menyesal menerima pelaku sebagai tamu. "Kalau dak punya uang, jangan main," ujarnya.

Junaidi marah mendengar kalimat itu. Adu mulut dengan korban tak terhindarkan. Ika yang tidak mau kalah lalu mengumpatnya. Junaidi yang gelap mata mendadak mengambil pisau di sebelah kanannya, teronggok di atas meja dekat sofa. Lantas, menyabetkannya ke leher korban.

Ika sempat menangkis serangan itu. Namun, pelaku semakin kalap. Junadi malah semakin membabi buta menyerang. Ika yang kalah tenaga akhirnya tiga kali terkena sabetan pisau di leher. Melihat korban tidak berdaya, pelaku lantas kabur. Namun, sebelum pergi, dia sempat membawa dua ponsel korban.

Kasat Reskrim Polresta Surabaya ABKP Sudamiran mengatakan, saat itu korban berusaha mengejar pelaku. Tetapi, Ika sudah lemas kehabisan darah di depan lift. ”Meninggal di sana, pelakunya tidak terkejar,” tuturnya.

Junaidi bersikap biasa saat keluar apartemen. Dia menyembunyikan pisau berdarah itu di balik baju. Junaidi kemudian membuangnya di Jalan Darmo Permai untuk menghilangkan jejak.

Sudamiran menjelaskan, pelaku sempat bekerja setelah melakukan pembunuhan itu. Karyawan pabrik keripik usus tersebut tidak ingin mengundang kecurigaan. ”Tetapi, tidak ada kejahatan yang sempurna. Kedatangannya di apartemen terekam CCTV,” ucap polisi dengan dua melati di pundak tersebut. Junaidi diamankan sekitar enam jam setelah pembunuhan.

#Pembunuhan #Surabaya

Berita Populer