Redaksi : Selasa, 24 Maret 2020 14:59

BUKAMATA - Mewabahnya virus corona, menuntut wawancara berjarak dengan narasumber. Program Kopi Tumpah pun harus menyesuaikan dengan kondisi itu.

Untuk pertama kalinya, Kopi Tumpah hadir dengan wawancara by phone. Narasumbernya, Achmad Nur Hidayat, Koordinator Analis Badan Supervisi Bank Indonesia, yang juga pengamat kebijakan publik.

Dipandu Direktur Utama Bukamatanews.id, Muhammad Taufiq, Achmad Nur Hidayat membahas "Covid-19 dan Ekonomi Kita".

Wabah Corona kata Achmad Nur Hidayat, telah memukul jatuh ekonomi kita. Pasca 2 Maret seiring ditemukannya dua pasien positif corona di Indonesia, berbagai indikator ekonomi negara kita, menunjukkan warna merah. Nilai tukar rupiah terhadap dolar, meroket tajam. Menuju ke angka Rp17.000, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh menuju ke level 4.000. Sebelumnya 4.100.

Menurutnya, keuangan dan sektor riil kelihatan tidak bergerak. Itu kata dia, yang harus dikhawatirkan secara serius.

Ditambah lagi ketidakmampuan kita terutama otoritas, dalam mengenal virus corona ini. Seluruh dunia lanjut Achmad, tidak ada yang tahu persis prilaku alamiah dari virus ini. Berjangkitnya cepat, dan tingkat kematian yang ditimbulkan juga tinggi.

Karenanya lanjut Achmad, masyarakat lebih memilih menonaktifkan kegiatan ekonominya, ketimbang jiwanya terancam.

Menurutnya, perlu ada strong support dari pemerintah. Bagaimana mengembalikan kepercayaan publik kepada otoritas negara. "Otoritas negara harus melakukan upaya tegas, simpel dan penuh keberanian," jelas Achmad.

Pemerintah Indonesia lanjut Achmad, bisa melakukan karantina atau lockdown dengan wilayah terbatas. Misalnya, melakukan karantina khusus di Pulau Jawa. "Tidak ada lagi yang masuk dan keluar dari Pulau Jawa. Meskipun di pulau lain bisa," ujarnya.

Pemerintah kata Achmad, harus melakukan upaya, yang menandakan bahwa pemerintah masih melindungi rakyatnya.

Ketika menetapkan work from home atau stay at home, harus ada stimulus kepada warga yang sifatnya safety net.

UMKM lanjut Achmad, akan lebih terpukul. Sebab, pegawainya dirumahkan. Tidak ada produksi. Karenanya, negara harus menanggung tunjangan gaji karyawan itu selama tinggal di rumah.

"Itu antara lain yang bisa mengembalikan kepercayaan publik kepada negara," ungkapnya.

Selain itu, pemerintah lanjut Achmad, juga harus memperbaiki manajemen rumah sakit dengan meningkatkan pelayanan kesehatan.

Achmad mengaku setuju dengan seruan Yusril Ihza Mahendra, agar pemerintah lebih memperhatikan nyawa rakyat ketimbang ekonomi.

"Harus mengikuti konstitusi. Dalam konstitusi kan ada kalimat 'melindungi jiwa dan segenap tumpah darah Indonesia'. Berarti kebijakan prioritas negara melindungi jiwa warganya dari penyakit ini," ungkapnya.

Achmad Nur Hidayat bilang, dari segi natural, infection rate-nya tinggi. Namun, masyarakat Indonesia punya antibodi bagus, sehingga bisa recovery.

"Tetaplah social distance, agar tidak menularkan orang lain. Apalagi orang tua sangat rawan," tambahnya.

Yang perlu diwaspadai juga kata Achmad, adalah vertikal destruction. "Tidak perlu jenguk orang tua dulu. Jangan sampai Anda adalah carrier yang membawa virus itu," ungkapnya.

Achmad juga mengingatkan agar tidak perlu panic buying. Social distancing tetap dilakukan, tapi ketersediaan bahan pokok tetap terjamin oleh pemerintah.

"Kalau panic buying, maka yang rugi kita juga. Harga-harga akan naik," pungkasnya.