Redaksi : Senin, 01 Desember 2025 16:08
Kepala BPOM RI Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D.

DEPOK, BUKAMATANEWS – Kepala BPOM RI Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., kembali ke almamaternya, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, untuk menyampaikan Public Lecture bertema “Ekonomi, Sains, dan Regulasi: Prospek Produk Anti-Penuaan dan Suplemen Kesehatan di Era Silver Economy.”

Kuliah ini menjadi momen istimewa karena selain memberikan wawasan ilmiah strategis, Prof. Taruna juga melakukan reuni hangat 300 an peserta terdiri guru besar, dosen, civitas akademika FFUI, Senin 1 Desember 2025.

Dalam paparannya, Prof. Taruna menekankan bahwa silver economy akan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri kesehatan Indonesia.

Dengan proyeksi kontribusi ekonomi sektor obat dan makanan mencapai Rp6.000 triliun, Indonesia berada pada titik penting untuk mengakselerasi inovasi. Pasar farmasi tumbuh 9,8% per tahun, kosmetik anti-aging meningkat hampir 5% per tahun, dan pangan olahan mencapai nilai lebih dari Rp4.349 triliun pada 2025.

“Gelombang usia lanjut adalah peluang. Inovasi dan regulasi yang tepat akan menentukan siapa yang menjadi pemain global,” ujarnya.

Kepala BPOM juga memaparkan potret besar ekosistem industri kesehatan nasional, termasuk 272 industri obat, 208 industri suplemen kesehatan, 143 industri kosmetik, serta lebih dari 500.000 sertifikat IRTP di sektor pangan.

Di balik angka tersebut, UMKM memainkan peran fundamental karena mendominasi 99% unit usaha nasional. BPOM berkomitmen meningkatkan kapasitas UMKM agar mampu naik kelas melalui pembinaan, sertifikasi, dan digitalisasi layanan perizinan.

Salah satu pesan utama Prof. Taruna adalah pentingnya kolaborasi ABG (Academia–Business–Government) sebagai fondasi pembangunan kesehatan modern.

Akademisi menyediakan riset dan inovasi, industri memastikan produksi dan hilirisasi yang kompetitif, sementara pemerintah memberikan regulasi yang adaptif dan perlindungan konsumen.

“ABG bukan konsep, tapi ekosistem. Jika ABG bergerak dalam satu irama, Indonesia bisa menjadi pusat inovasi anti-aging dan kesehatan Asia,” tegasnya di hadapan para dosen dan mahasiswa FFUI.

Public Lecture ini ditutup dengan momen reuni yang penuh kehangatan, ketika Prof. Taruna menyapa para kolega dan alumni yang pernah berjuang bersama di kampus kuning. Taruna menegaskan bahwa FFUI adalah tempat yang membentuk karakter ilmiahnya.

“Saya kembali bukan hanya sebagai Kepala BPOM, tetapi sebagai alumni yang ingin membangun bangsa bersama UI,” ujarnya.

Acara ini menjadi simbol kuat sinergi ilmu, industri, dan kebijakan menuju Indonesia Emas 2045.

TAG