Dewi Yuliani : Sabtu, 15 November 2025 21:15
Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, meresmikan Gebyar ABG yang dilaksanakan di Gedung Bhineka Tunggal Ika, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Jalan Percetakan Negara.

JAKARTA, BUKAMATANEWS – Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, meresmikan Gebyar ABG yang dilaksanakan di Gedung Bhineka Tunggal Ika, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Jalan Percetakan Negara.

Peresmian ini disampaikan melalui video rekaman yang diputarkan dalam acara pembukaan yang dihadiri Kepala BPOM RI, Prof Taruna Ikrar, serta para Kepala Balai Besar BPOM di daerah, Sabtu, 15 November 2025.

Gebyar ABG adalah singkatan dari Academia–Business–Government (ABG) Collaboration, yakni ruang kolaborasi pengembangan industri obat dan makanan yang aman, berkualitas, mandiri, dan berdaya saing global. Ini merupakan sinergi kuat antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia guna melahirkan produk unggulan yang mampu bersaing di tingkat internasional.

"Apresiasi sehingga acara ini terselenggara dengan baik. Terima kasih atas partisipasi dari delegasi luar negeri serta seluruh peserta, baik dari pelaku bisnis, pemerintahan, akademisi, maupun praktisi," ucap Gibran.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, pemerintah memberikan perhatian besar pada pengembangan inovasi yang mampu menjadi solusi atas berbagai tantangan hari ini.

"Oleh sebab itu, saya berharap kolaborasi ini menjadi peluang menciptakan gagasan inovatif yang dapat memperkuat ketahanan dan kesehatan nasional melalui kemandirian farmasi dan peningkatan peluang investasi," tutup Gibran.

Sementara itu, Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menegaskan bahwa dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen dibutuhkan kolaborasi yang kuat.

Menurut Taruna, Indonesia adalah negara yang kaya, bukan hanya dari jumlah penduduk, tetapi juga potensi alamnya. "Kita punya barang, kekayaan, dan alam yang besar," ujarnya.

Taruna menjelaskan bahwa BPOM mampu memberikan kontribusi ekonomi melalui potensi senilai Rp6.000 triliun, jauh lebih besar dari APBN tahun 2026 yang diproyeksikan senilai Rp3.700 triliun.

Potensi tersebut bersumber dari otoritas BPOM yang dilindungi oleh dua payung hukum, yakni UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023 dan UU Pangan No. 18 Tahun 2012, serta diperkuat Perpres Nomor 80. Selama satu tahun memimpin BPOM, sebanyak 1,2 juta dokumen telah diselesaikan yang berdampak pada 600 ribu industri, mulai dari skala kecil, menengah, hingga besar.

"Ini kontribusi nyata lembaga ini. BPOM memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap ekonomi nasional dan mendorong tercapainya target 8 persen sesuai Asta Cita Presiden Prabowo–Gibran. Untuk mencapai itu, apa yang digunakan dan bisa dilakukan? Konsep ABG," tegas Taruna.

Kemeriahan acara semakin lengkap dengan sambutan perwakilan perguruan tinggi yang disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno.

Ganjar Penghargaan

Inisiasi kegiatan Gebyar ABG diganjar penghargaan pemecahan rekor Prestasi Indonesia Dunia sebagai pelopor kolaborasi akademisi, bisnis, dan pemerintah di Indonesia. Ketua Umum Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID), Paulus Pangka, hadir menyerahkan langsung penghargaan Pelopor Gebyar Academia, Business, and Government Collaboration dengan Peserta Terbanyak.

Penerima penghargaan antara lain penggagas Prof. Taruna Ikrar, penyelenggara BPOM, serta para inspirator: Dr. Andi Armyn Nurdin, Noor Andi Arinawati Arsyad, dr. Wachyudi Muchsin, dan Dr. Irwansyah.

Acara ini digelar untuk memperingati satu tahun Asta Cita pemerintahan Prabowo–Gibran. ABG adalah etalase besar gagasan Taruna Ikrar tentang kolaborasi tiga pilar akademisi, dunia usaha, dan pemerintah yang ia sebut sebagai ABG Concept.

Menggeser Wajah BPOM, Dari Menara Pengawas ke Mitra Inovasi

Di halaman belakang kantor, expo inovasi bersiap dibuka. Deretan stan universitas, startup kesehatan, industri farmasi, hingga UMKM terpasang rapi. Aroma alkohol laboratorium bercampur wangi kopi dari barista mahasiswa yang turut menjadi peserta expo. Suasananya seperti pameran sebuah negara yang sedang menegosiasikan masa depannya.

Di sinilah strategi Taruna Ikrar terlihat jelas. BPOM tidak hanya memeriksa, mengawasi, atau memberi sanksi. Ia ingin lembaga ini menjadi fasilitator, penyambung dunia riset dengan industri, penghubung kampus dengan dunia regulasi.

"Pengawasan dan pengembangan industri obat dan makanan adalah tugas besar yang tidak bisa diemban BPOM sendiri," ujarnya dalam satu sesi panel.

Konsep ABG yang ia kembangkan menempatkan akademisi sebagai mesin riset dan pembentuk SDM unggul, bisnis sebagai penggerak hilirisasi dan komersialisasi, serta pemerintah sebagai penjamin keamanan, mutu, khasiat, sekaligus akselerator kebijakan.

Tantangan yang ingin diselesaikannya jelas, ketergantungan impor bahan baku obat (BBO) yang mencapai 90 persen. "Riset tidak boleh berhenti di laboratorium. Kita butuh sinergi agar Indonesia mampu mandiri dan melahirkan produk inovatif," tegas Taruna.

MoU, Expo, dan Lalu Lintas Ide yang Mengalir

Puluhan pejabat, rektor, dekan, dan pimpinan industri dari enam negara—India, Tiongkok, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, dan Indonesia—antre menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan BPOM.

Kegiatan dilanjutkan pembukaan expo inovasi oleh Taruna Ikrar bersama sejumlah tokoh, termasuk YM Tengku Dato’ Dr. Hishammudin Zaizi Bin Y.A.M. Tengku Bendahara Azman Shah Al-Haj (CEO Ikhasas Group Malaysia), serta para rektor dari UGM, UNAIR, USK, dan UMS. Hadir pula Dymitro Baskakov dari Age Management Alliance, Amerika Serikat.

Panel diskusi berlangsung dinamis. Para pembicara mengulas ATMP (Advanced Therapy Medicinal Products), peluang investasi, hingga masa depan bioteknologi Indonesia. Sesi paling ramai dipandu Stafsus BPOM, dr. Wachyudi Muchsin, yang mempertemukan industri dengan peneliti dalam forum lisensi riset.

Besok, Minggu, 16 November 2025), business matching dijadwalkan dimulai. Halaman BPOM akan berubah menjadi arena negosiasi. Ada 10 booth dari Korea Selatan, Tiongkok, Malaysia, India, Singapura, dan Indonesia. Dua puluh perguruan tinggi nasional turut hadir menawarkan riset unggulan. Sementara UMKM bergerak mengisi ruang promosi produk.

Kegiatan ditutup dengan peluncuran buku-buku inovasi, kompetisi inovasi produk, talk show, zumba, donor darah, vaksin hepatitis A gratis, hingga hiburan musik oleh Iis Dahlia dan Ferry Curtis. Semuanya memperkuat nuansa Merdeka Belajar versi regulator.

ABG: Jalan Panjang Menuju Kemandirian Riset dan Obat Nasional

Dalam beberapa tahun terakhir, Taruna Ikrar menilai Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan produk medis berbasis terapi sel dan terapi gen. Karena itu, ia mendorong regulasi ATMP yang lebih adaptif agar peneliti dan industri tidak lagi terhambat birokrasi.

Dalam visinya, BPOM bukan lembaga dengan pagar tinggi, tetapi jembatan yang menghubungkan pengetahuan, industri, dan kebijakan. Ia membawa konsep ini ke berbagai forum global—dari Amerika Serikat hingga Tiongkok—untuk menarik transfer teknologi dan investasi.

Di dalam negeri, ia menguatkan program BPOM Goes to Campus untuk menjemput riset dari perguruan tinggi.

"ABG merupakan poros percepatan untuk melahirkan kebijakan yang ilmiah dan berdaya saing," ujarnya.

Banyak pengamat menilai konsep ini sebagai langkah paling konkret BPOM menuju kemandirian obat nasional.

Menanam Pohon, Bersama Hercules dan Iis Dahlia

Di sela agenda, Taruna Ikrar mengajak artis Iis Dahlia, tokoh masyarakat Hercules, dan Ketua Dharma Wanita BPOM RI, Elfi Taruna, menanam pohon di halaman belakang kantor. Momen sederhana itu menjadi simbol gagasan besar Taruna: inovasi tumbuh bukan oleh pidato atau regulasi semata, tetapi oleh kolaborasi, perawatan, dan ekosistem yang subur.

"Semangat kolaborasi inilah yang ingin terus kami bangun demi kemajuan produk Indonesia," ujarnya menutup acara.

Panitia menyebut kegiatan ini sukses dan mendapat respons positif. Mereka berharap Gebyar ABG menjadi agenda tahunan. BPOM di bawah Taruna Ikrar seakan sedang menulis bab baru, regulator yang tidak hanya mengawasi masa kini, tetapi menyiapkan masa depan. (*)