Tipikor Polres Jeneponto Limpahkan Kepala Desa Tersangka Korupsi Aset ke Kejaksaan
22 Oktober 2025 23:48
Kebakaran yang terjadi di kawasan padat penduduk itu menghanguskan enam rumah. Empat rumah di bagian depan dan dua rumah di belakang, dekat kanal, rata dengan tanah. Proses pemadaman yang seharusnya bisa dilakukan lebih cepat, terpaksa molor akibat aksi tawuran.
MAKASSAR, BUKAMATANEWS - Suasana mencekam melanda Jalan Kandea 3, Kelurahan Bungaejayya Baru, Tallo, Makassar, Selasa (23/9/2025) sore. Jerit histeris warga memecah kesunyian, bukan hanya karena 6 rumah mereka dilalap si jago merah, tetapi juga karena bantuan tak kunjung datang. Unit Pemadam Kebakaran (Damkarmat) Makassar terpaksa menunggu di jalan raya, tidak bisa bergerak—bukan karena kemacetan lalu lintas, melainkan dihadang oleh tawuran warga yang sedang berkecamuk di lokasi.
“Kami tiba di lokasi menjelang maghrib, tetapi tidak bisa masuk karena situasi tidak kondusif. Massa masih bertikai, kami terpaksa menunggu di depan hingga situasi benar-benar aman,” ujar Cakrawala, Kabid Operasi Damkarmat Makassar, menggambarkan kondisi genting saat itu.
Kebakaran yang terjadi di kawasan padat penduduk itu menghanguskan enam rumah. Empat rumah di bagian depan dan dua rumah di belakang, dekat kanal, rata dengan tanah. Proses pemadaman yang seharusnya bisa dilakukan lebih cepat, terpaksa molor akibat aksi tawuran.
“Butuh waktu sekitar satu jam untuk memadamkan api sepenuhnya, ditambah proses pendinginan. Kami mengerahkan 4 regu dengan total 21 armada dari Posko Ujung Tanah dan Mako,” jelas Komandan Peleton Damkarmat Makassar, Wahyullah. Meski kerugian materi cukup besar, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Di tengah kobaran api yang semakin membesar, warga setempat panik. Seorang ibu dengan suara bergetar memohon kepada polisi yang berjaga, “Pemadam tidak bisa masuk, dihadang anggota di sana, di lorong Tinumbu 48 sama Sapiria!” Situasi ini semakin mempersulit upaya penyelamatan.
Salah satu korban, Risal, hanya bisa pasrah saat menerima telepon dari istrinya yang memberitahu rumah mereka terbakar. Saat kejadian, Risal masih berada di bengkel tempatnya bekerja. “Tidak ada yang sempat saya selamatkan, bahkan rapor anak saya sekalipun. Saya korban, Pak. Semuanya habis,” ujarnya dengan suara lirih, menatap puing-puing sisa kehidupannya.
Insiden ini menyoroti sebuah masalah serius: bagaimana konflik horizontal di tingkat warga dapat menghambat penanganan darurat seperti kebakaran. Kejadian di Jalan Kandea 3 menjadi pengingat betapa situasi keamanan lingkungan yang tidak kondusif berpotensi memperparah bencana, bahkan menelan korban materi yang lebih besar.
Pemadaman kebakaran yang seharusnya menjadi prioritas, terpaksa tertunda hanya karena aksi saling serang antarwarga. Sebuah pelajaran berharga bagi masyarakat tentang pentingnya mengedepankan keselamatan bersama di atas segala perbedaan dan perselisihan.
22 Oktober 2025 23:48
22 Oktober 2025 21:13
22 Oktober 2025 17:45