Dewi Yuliani
Dewi Yuliani

Selasa, 26 Agustus 2025 20:16

Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, dalam BI Bincang Bareng Media Triwulan III Tahun 2025, di The Backyard Cafe, Jalan Metro Tanjung Bunga, Kota Makassar, Selasa, 26 Agustus 2025.
Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, dalam BI Bincang Bareng Media Triwulan III Tahun 2025, di The Backyard Cafe, Jalan Metro Tanjung Bunga, Kota Makassar, Selasa, 26 Agustus 2025.

Harga Beras Picu Kenaikan Inflasi Sulsel, BI Keluarkan 5 Rekomendasi

Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga di Bulan Agustus dibanding Juli 2025 adalah beras, daging ayam, dan bawang merah.

MAKASSAR, BUKAMATANEWS - Bank Indonesia (BI) Sulsel mencatat kenaikan inflasi 0,61 persen (mtm) pada Bulan Juli 2025, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, dan di atas indikatif 0,29 persen (mtm). Sedangkan inflasi year to date telah berada di atas target indikatif dalam 4 bulan terakhir.

"Inflasi dipengaruhi oleh beras, tomat, cabai, dan bandeng. Kenaikan komoditas dipengaruhi oleh cuaca, serangan penyakit, dan pengiriman keluar daerah," kata Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, dalam BI Bincang Bareng Media Triwulan III Tahun 2025, di The Backyard Cafe, Jalan Metro Tanjung Bunga, Kota Makassar, Selasa, 26 Agustus 2025.

Rizki memaparkan, seluruh Kabupaten/Kota IHK melewati target inflasi year to date per Juli 2025. Inflasi tahun kalender Kota Parepare merupakan yang tertinggi. Sedangkan Kota Palopo mengalami inflasi bulanan (mtm) tertinggi.

"Diperlukan pengendalian stabilisasi inflasi pangan melalui operasi pasar," imbuhnya.

Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga di Bulan Agustus dibanding Juli 2025 adalah beras, daging ayam, dan bawang merah. Sedangkan komoditas yang mencatatkan penurunan harga dibandingkan Mei 2025, bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Sementara harga daging sapi, telur ayam, minyak goreng, dan gula pasir terpantau stabil.

Untuk pengendalian inflasi pangan, Bank Indonesia (BI) Sulsel mengeluarkan lima rekomendasi. Pertama, penyaluran beras SPHP secara massif melalui berbagai kanal distribusi. Kedua, pelaksanaan GPM fokus ke komoditas inflasi.

Ketiga, perluasan gerakan tanam barito (bawang merah, rica, tomat) di pekarangan dan lahan menganggur. Keempat, optimalisasi cold storage, melalui penguatan peran BUMD sebagai penyedia fasilitas. Kelima, pemanfaatan mesin D'Ozone untuk memperpanjang masa simpan komoditas pangan hortikultura. (*)

 

#BI Sulsel #Bank Indonesia #inflasi #harga beras naik