JAKARTA, BUKAMATANEWS - Bergabungnya Indonesia ke dalam BRIC (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Hal itu disampaikan Pemerhati Ekonomi Internasional Aditya Wardono.
"Presiden kita punya mandat besar dengan target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Sementara global terfragmentasi, 8 persen butuh banyak pendanaan," kata Aditya, Sabtu, 11 Januari 2025.
Untuk itu, kata dia, pemerintah harus aktif mencari peluang investasi dari negara-negara yang tergabung dalam BRIC. "Seperti mendapatkan minyak murah dari Rusia," ujarnya.
Ia meyakini, bergabungnya Indonesia dalam BRIC telah diperhitungkan oleh pemerintah. Hal ini, seiring dengan keinginan pemerintah agar investasi dapat masuk ke Indonesia.
"Kita juga ingin ekspor kita lebih luas dan kita tidak bisa mengandalkan pada negara-negara tradisional. Kita harus punya peluang memasarkan lebih dalam dengan negara BRIC ini," katanya, menekankan.
Terlebih, jangkauan BRIC lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang tidak tergabung dalam blok ekonomi tersebut. Selain itu, kata dia, Indonesia mempunyai alternatif pendanaan lain dengan bergabung BRIC.
"Kita biasa kerja sama dengan lembaga seperti IMF dan Bank Dunia. Karena di BRIC ini kita sepakat ada new development bank yang fokus pada peembiayaan infrastruktur," katanya.
Meski demikian, menurutnya, Indonesia juga perlu berhati-hati untuk kerja sama dengan BRIC ini. Menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
"Bagaimana Kanada dan Meksiko serta negara Eropa yang diancam oleh Trump. Yakni dengan menaikkan tarif yang besar," ucapnya. (*)
BERITA TERKAIT
-
Dirikan Pabrik AC di Jawa Barat, LG Umumkan Investasi Baru di Indonesia
-
Ekonomi Luwu Timur Tumbuh 5,92 Persen
-
Makassar Magnet Investasi, Apartemen Harga Triliunan Rupiah Segera Dibangun
-
SSIC 2025, Pemkab Luwu Timur Ajukan Proposal Proyek Rice Milling Unit
-
Putra Mahkota Arab Saudi Suntik Danantara Rp162 Triliun