Rupiah Kembali Melemah Dipicu Kebijakan The Fed
Pelemahan rupiah disebabkan oleh ekspektasi pasar terhadap inflasi dan kebijakan moneter AS, yang berpotensi menaikkan suku bunga acuan.
BUKAMATA - Mata uang Garuda dibuka melemah terhadap Dollar AS pada perdagangan Senin 19 Februari 2024.

Pelemahan rupiah disebabkan oleh ekspektasi pasar terhadap inflasi dan kebijakan moneter AS, yang berpotensi menaikkan suku bunga acuan.
Selain itu, para investor juga masih menunggu dan mencermati hasil pemilihan presiden 2024, yang akan berdampak pada stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Analis pasar uang, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan dibuka datar dengan kecenderungan melemah terbatas pada Jumat 16 Februari 2024.
Ia mengatakan, faktor-faktor domestik seperti neraca perdagangan, defisit anggaran, dan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Dari sisi lain, dolar AS sendiri melemah setelah data properti yang lebih lemah dan indeks sentimen Michigan yang menurun, mengimbangi data PPI AS yang lebih tinggi," ujar Lukman dilansir dari Katadata.co.id, Senin (19/2).
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, producer price index (PPI) atau harga produsen AS meningkat 0,5 persen pada Januari 2024, melebihi perkiraan pasar yang hanya 0,3 persen. Kenaikan ini didorong oleh biaya jasa yang melonjak, seperti biaya rawat jalan rumah sakit dan manajemen portofolio.
PPI merupakan indikator inflasi di tingkat produsen, yang dapat berpengaruh pada harga konsumen. Peningkatan PPI menimbulkan kekhawatiran bahwa inflasi AS akan meningkat setelah berbulan-bulan mengalami penurunan, akibat dampak pandemi Covid-19.
Inflasi yang tinggi dapat mendorong Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diharapkan. Hal ini dapat mengurangi daya tarik aset-aset berisiko seperti mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Namun, The Fed sendiri telah menegaskan bahwa mereka akan tetap menjaga suku bunga rendah dan melanjutkan program pembelian aset hingga pemulihan ekonomi AS mencapai target yang diinginkan.
The Fed juga menganggap kenaikan inflasi AS sebagai fenomena sementara, yang akan mereda seiring dengan normalisasi aktivitas ekonomi.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47
