Dewi Yuliani
Dewi Yuliani

Kamis, 02 Maret 2023 11:14

Tidak kurang dari 600 Pekerja Rumah Tangga (PRT) mengirimkan surat kesedihan kepada Ketua DPR RI, Puan Maharani.
Tidak kurang dari 600 Pekerja Rumah Tangga (PRT) mengirimkan surat kesedihan kepada Ketua DPR RI, Puan Maharani.

Ratusan PRT Kirim Surat Kesedihan untuk Puan Maharani, Ada yang Curhat Disiksa Hingga Kelaparan

Surat ini sifatnya personal dari para PRT untuk mengingatkan apa yang diderita para PRT di Indonesia.

JAKARTA, BUKAMATA - Tidak kurang dari 600 Pekerja Rumah Tangga (PRT) mengirimkan surat kesedihan kepada Ketua DPR RI, Puan Maharani. Surat-surat ini berisi kesedihan para PRT dan keluarganya, sekaligus mempertanyakan mengapa Rancangan Undang-undang (RUU) PRT tak juga disahkan.

Para PRT dan keluarganya ini berasal dari Jawa dan Luar Jawa. Dari Yogyakarta, Bali, Kupang, Sulawesi, Semarang, Lombok, Gresik, dan Jabodetabek. Mereka memohon agar Ketua DPR, Puan Maharani, segera mengesahkan RUU Perlindungan PRT karena kondisi kekerasan yang terus-menerus dialami PRT, disiksa, diancam dan tidak terlindungi.

Berikut rangkuman isi surat yang dikirimkan para PRT kepada Puan Maharani:

Dari Rabia, PRT, Kupang

"Saya adalah satu PRT yang menjadi korban kekerasan. Saya sangat berharap agar RUU Perlindungan PRT disahkan. Karena kami yang bekerja sebagai PRT sering dimaki, kami dikatai babu, padahal pekerjaan sebagai PRT tak kalah mudah, gaji kami kecil."

Dari Mulyani, PRT

"Untuk Mbak Puan Maharani. Saya Mulyani, PRT yang bekerja sejak lulus SMP sampe sekarang tahun 2023. Saya ingin sekolah lebih tinggi, tapi apa hendak dikata, orangtua saya serba kekurangan untuk menyekolahkan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Selama saya bekerja sebagai PRT, tidak ada perlindungan dari negara untuk profesi sebagai pekerja rumah tangga. Saya pernah bekerja tiga rumah tanpa upah tambahan, tanpa uang lemburan, dan tidak ada waktu istirahat libur. Kami PRT diperlakukan seperti budak yang tidak punya rasa cape."

Dari Ni Putu Utami Dewi, Keluarga PRT, Bali

"Saya sebagai ibu rumah tangga ingin menyampaikan tentang kisah sepupu saya yang bekerja sebagai PRT. Dia sudah bekerja sebagai PRT sejak menyelesaikan pendidikan SMA. Namun gaji yang didapat tidak sesuai dengan pekerjaan yang diambil. Bapak ibu Anggota DPR, segera sahkan RUU Perlindungan PRT."

Sargini, PRT, Yogyakarta

“Tengok dan lihatlah diri kami ini yang bekerja mencari rizqi. Agar kebutuhan keluarga bisa tercukupi. Bekerja dari bangun pagi hingga waktu mau tidur lagi, tiada henti melayani pemberi kerja agar tidak terganggu karir dan cita – cita yang diingini. Namun kenyataan yang kami alami malah mendapat perlakuan yang tidak manusiawi."

Surat-surat para PRT ini digantung di pagar-pagar pintu DPR RI di Senayan, Jakarta. Para PRT juga membacakan surat-surat ini di depan DPR dan membacakan secara online sebagai bagian dari kampanye di media sosial. Aksi ini untuk mengetuk pintu Puan Maharani untuk keluar dari gerbang DPR dan membaca surat-surat kesedihan dari desa.

Koordinator JALA PRT, Lita Anggraini, menyatakan, selama kurang lebih perjuangan PRT 20 tahun ini, terus bermunculan ribuan wajah-wajah PRT yang menjadi korban kekerasan.

Mereka adalah Sunarsih, Sutini, yang disekap dan disiksa 6 tahun. Lalu Ani yang disekap dan disiksa 9 tahun. Nurlela yang disekap dan disiksa 5 tahun. Eni, Elok, Toipah, Rohimah, Khotimah, Rizki, yang merasa kelaparan dan kesakitan hingga berakibat pada berkurang atau tidak berfungsinya organ serta kehilangan nyawa.

"Surat ini sifatnya personal dari para PRT untuk mengingatkan apa yang diderita para PRT di Indonesia," kata Lita Anggraini. (*)

#Sahkan RUU Perlindungan PRT #Puan Maharani #DPR RI

Berita Populer