MAKASSAR, BUKAMATA - Bagi wartawan pemerintahan, khususnya yang bertugas di Pemprov Sulsel tahun 2000-an awal hingga 2020-an, pasti sangat familiar dengan sosok Badaruddin. Lelaki asal Kabupaten Enrekang ini menghabiskan sebagian besar karir ASN-nya berhubungan dengan wartawan.
Dia dikenal sangat dekat dengan teman-teman media. Bukan hanya kapasitasnya sebagai humas, namun karena karakternya yang terbuka, apa adanya, serta humanis membuat teman-teman media merasa enjoy untuk bergaul dengannya.
Bahkan, wartawan yang setiap harinya mencari berita di Pemprov Sulsel menyematkan nama kebesaran untuknya yakni Sang Jenderal.
Soal kenapa dia sangat dekat dengan wartawan, Badaruddin mengatakan, bukan hanya sebagai mitra, wartawan merupakan temannya. Dia bisa memposisikan kapan saatnya menjadi aparat pemerintah dan kapan sebagai teman.
Jenderal Badar secara resmi terangkat sebagai CPNS tahun 1985 silam. Setelah mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) selama 37 tahun 8 bulan, akhirnya pada Selasa, 1 November 2022 kemarin, Jenderal Badar memasuki masa pensiunnya. Mungkin hanya segelintir ASN Pemprov Sulsel yang memiliki masa pengabdian selama itu.
Dia sudah tiga kali meraih penghargaan Satya Lencana, untuk pengabdian 10, 20, dan 30 tahun.
Dia mengakhiri karir ASN-nya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji milik Pemprov Sulsel. Terakhir, dia menjabat sebagai Kepala Bidang Perencanaan Program, Evaluasi Hukum, Humas dan Pemasaran, dan juga dipercaya sebagai Kepala Bidang Layanan Informasi Dokumentasi PPID.
Banyak legacy yang ditorehkan untuk RSUD Haji. Diantaranya, sebagai ketua tim percepatan penataan ruangan rumah sakit. Selain itu, Jenderal Badar juga berhasil mengantarkan PPID RSUD Haji di peringkat tiga besar tingkat OPD Provinsi Sulsel tentang keterbukaan informasi publik
Di rumah sakit yang berlokasi di selatan Makassar itu, nyaris seluruh pegawai mulai dari OB hingga jajaran atas, tidak ada yang tak mengenalnya. Itu karena dia selalu membaur di berbagai kalangan.
Tak heran, saat Sang Jenderal memasuki masa pensiunnya, Senin, 31 Oktober 2022 lalu, usai apel pagi, dia dilepas secara khusus.
Di hadapan seluruh peserta upacara, Badaruddin diminta untuk memberikan sambutannya. Bukan itu saja, dia diberi cinderamata berupa cincin emas sebagai apresiasi dan penghargaan atas tugas-tugas yang diembannya selama ini di RSUD Haji.
Badaruddin mengawali karirnya sebagai ASN saat lulus SMA. Tidak ada kata menganggur dalam kamusnya. Begitu selesai SMA, dia diterima sebagai ASN di Departemen Penerangan.
Saat Departemen Penerangan dihapus, diapun bergabung sebagai staf di Biro Humas dan Protokol. Di sinilah dia menghabis waktu paling lama sebagai seorang ASN.
"Di Biro Humas dan Protokol, saya mengawal tiga gubernur dan sembilan kepala biro," ucapnya saat berbincang santai dengan wartawan belum lama ini.
Tahun 2016, dia diangkat sebagai Kepala Bagian Humas. Namun sebelumnya, dia dipercayakan sebagai Kasubag Dokumentasi.
Tahun 2018, Badaruddin dipercayakan sebagai Kepala Bidang Informatika, Statistik, Persandian sekaligus Kepala Sekretariat Komisi Informasi Sulsel.
Saat menjabat di sini, Badaruddin mengukir prestasi dengan membawa PPID Provinsi Sulsel di tingkat nasional.
Salah seorang wartawan yang sudah cukup lama bertugas di Pemprov Sulsel, Muhammad Fadly, dari Pojok Sulsel mengatakan, sosok Jenderal Badar memang cukup langka.
"Beliau itu bisa disebut partner yang baik. Tahu kapasitasnya sebagai teman dan sebagai aparat pemerintah. Ketika ada persoalan, misalnya terkait pemberitaan, caranya menyelesaikan persoalan sangat baik tanpa perlu ada yang merasa tersinggung dan dirugikan. Beliau tahu apa yang harus dilakukan dengan mengacu pada etik jurnalistik," jelas Fadly.
Saking dekatnya dengan wartawan, saat gubernur melakukan kunjungan kerja ke daerah, dimana wartawan juga kerap dibawa serta, tak pernah sekalipun ada komplain terkait tugasnya sebagai humas.
Dia mengenang satu momen saat berdiskusi dengan Jenderal. Menurut Fadly, setiap keluar daerah, Jenderal kerap mengenakan cincin emas yang ditaksir beratnya 15 gram. Namun, cincin itu tidak pernah dipakainya saat di Makassar.
"Jadi saya tanyakan ke Jenderal soal itu. Jawabannya cukup menggelitik. Dia bilang, ini cincin merupakan modal kalau kita kehabisan uang di daerah. Gampang digadai," kata Fadly sambil tertawa.
Menurutnya, begitulah karakter Jenderal Badar. Apa adanya, tidak neko-neko, dan selalu bekerja dengan ikhlas.
"Kami ucapkan selamat memasuki masa pensiun untuk Jenderal. Semoga sehat-sehatki dan senantiasa bahagia menikmati hari-harinya," ucap Fadly. (*)