Samsul Bahri
Samsul Bahri

Rabu, 07 September 2022 11:05

Kabar Buruk dari Eropa, Zona Euro Hampir Dipastikan Memasuki Resesi

Kabar Buruk dari Eropa, Zona Euro Hampir Dipastikan Memasuki Resesi

Harga gas di benua itu melonjak sebanyak 30% pada hari Senin, memicu kekhawatiran akan kekurangan dan memperkuat ekspektasi untuk resesi dan musim dingin yang menyulitkan karena bisnis dan rumah tangga terpukul oleh harga energi yang setinggi langit.

BUKAMATA - Zona Euro hampir pasti memasuki resesi. Sebuah survei yang dirilis Senin (5/9/2022) menunjukkan krisis biaya hidup yang meningkat dan proyeksi yang suram membuat konsumen waspada terhadap pengeluaran.

Meskipun ada beberapa penurunan tekanan harga, menurut survei, nilainya tetap tinggi dan Bank Sentral Eropa (ECB) berada di bawah tekanan karena inflasi berjalan lebih cepat dari target 2%, mencapai rekor 9,1% pada bulan lalu.

Eropa pun menghadapi prospek menaikkan suku bunga secara agresif saat ekonomi memasuki penurunan. Adapun, kenaikan biaya pinjaman akan menambah kesengsaraan konsumen yang berutang.

Dalam jajak pendapat Reuters minggu lalu, hampir setengah dari ekonom yang disurvei mengatakan mereka memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) yang belum pernah terjadi sebelumnya dari ECB minggu ini, sementara banyak juga yang memperkirakan kenaikan suku bunga 50 bps.

Dilansir CNBC Indonesia, terlepas dari ekspektasi tersebut, euro turun di bawah US$ 0,99 untuk pertama kalinya dalam 20 tahun pada hari Senin setelah Rusia mengatakan pasokan gas ke pipa utamanya ke Eropa akan tetap ditutup tanpa batas waktu.

Harga gas di benua itu melonjak sebanyak 30% pada hari Senin, memicu kekhawatiran akan kekurangan dan memperkuat ekspektasi untuk resesi dan musim dingin yang menyulitkan karena bisnis dan rumah tangga terpukul oleh harga energi yang setinggi langit.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) komposit akhir S&P Global juga turun ke level terendah dalam 18 bulan, yakni 48,9 pada Agustus dari 49,9 Juli, di bawah perkiraan awal 49,2. Adapun, angka di bawah 50 menandakan terjadi kontraksi.

"Survei PMI memberi sinyal bahwa kawasan Euro memasuki resesi lebih awal dari yang kami duga sebelumnya, dipimpin oleh ekonomi terbesarnya Jerman, dan kami sekarang melihat kawasan euro 'menikmati' resesi tiga kuartal yang lebih lama," kata Peter Schaffrik dari Royal Bank dari Kanada, dikutip dari Reuters, Selasa (6/9/2022).

"Revisi ini terutama disebabkan oleh perkembangan harga energi yang, bahkan setelah turun selama beberapa hari terakhir, tetap tinggi dan yang berarti bahwa dampak pada pengeluaran rumah tangga akan lebih besar daripada yang kita antisipasi sampai sekarang."

#Resesi ekonomi #Indonesia resesi #Eropa