
Harga Bitcoin Terus Tergerus, CEO Indodax Sebut Wajar
Menurutnya, siklus empat tahunan tersebut sering dimanfaatkan orang untuk membeli dan mengumpulkan aset kripto. Karena saat harga Bitcoin turun, harga aset kripto lain biasanya mengikuti.
BUKAMATA - Harga Bitcoin mengalami penurunan yang signifikan dan terus berlanjut sejak 3 bulan belakangan.

Hal ini menjadi goncangan besar yang terjadi di pasar cryptocurrency karena pada umumnya, harga mata uang kripto lain akan bergerak mengikuti trend Bitcoin sebagai raja kripto.
Kendati demikian CEO Indodax Oscar Darmawan menilai penurunan harga Bitcoin adalah hal wajar. Apalagi, harga Bitcoin saat ini masih berada pada level sekitar Rp 300 jutaan.
Oscar bilang, jika ditinjau dari analisis teknikal dan merupakan siklus empat tahunan yang pernah terjadi sebelumnya.
"Setelah Bitcoin mengalami all time high di 2013, 2017 dan 2021, maka akan terjadi penurunan harga yang cukup signifikan di tahun berikutnya yang diikuti dengan penurunan kripto lainnya. Kita bisa lihat bagaimana penurunan terjadi pada tahun 2014, 2018 dan sekarang di tahun," ujar Oscar dalam keterangan resmi.
Menurutnya, siklus empat tahunan tersebut sering dimanfaatkan orang untuk membeli dan mengumpulkan aset kripto. Karena saat harga Bitcoin turun, harga aset kripto lain biasanya mengikuti.
"Biasanya harga mayoritas kripto akan mengikuti Bitcoin sebagai aset kripto yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar. Momen bearish saat ini justru adalah momen yang sering dimanfaatkan para trader jangka panjang untuk mengumpulkan portofolio kripto dengan membeli kripto yang mereka inginkan di harga yang murah," kata Oscar.
Sementara itu, Forbes mencatat yang terjadi saat ini dimulai pada Mei lalu terkait laporan indeks harga konsumen (CPI) yang mengkhawatirkan. Ini memberikan kejutan inflasi lain ke pasar global.
Volatilistas yang meningkat juga membuat perusahaan peminjaman kripto Celcius menghentikan penarikan pelanggan. ini juga membuat kekhawatiran bahwa penularan sedang melandar pasar, dikutip Senin (20/6/2022).
Padahal Celcius memiliki pelanggan cukup banyak hingga 1,7 juta. Iklan perusahaan juga cukup menjanjikan yakni bisa memperoleh hasil persentase tahunan hingga 18% dengan menyetorkan kepemilikan kripto di platformnya.
Perusahaan mengambil simpanan kripto dan meminjamkannya kepada investor dan lembaga keuangan lain. Pengguna mendapatkanbagian dari pendapatan yang dihasilkan Celcius dari peminjam kripto.
Namun beberapa waktu lalu, Celcius mengumumkan menghentikan penarikan kripto. Perusahaan beralasan keputusan itu karena kondisi pasar yang ekstrem.
"Karena kondisi pasar yang ekstrem, hari ini kami mengumumkan bahwa Celsius menghentikan semua penarikan, Swap, dan transfer antarakun. Kami mengambil tindakan ini untuk menempatkan Celcius pada posisi lebih baik untuk menghormati kewajiban penarikannya," ujar Celcius.
Celcius dianggap seperti rekening bank konvensional. Bahkan menggunakan istilah yang terlihat akun bekerja mirip dengan rekening bank. Namun, perusahaan cukup berhati-hati untuk mengungkapkan operasional tidak seperti itu. "Rekening Celcius Anda bukan rekening bank, deposito, tabungan, giro, atau jenis rekening aset lain dan tidak boleh dicirikan sebagai produk atau layanan perbankan," ujar Celcius dalam ketentuan penggunaannya.
Akhir 2021 lalu, Bitcoin melesat hampir 70%. Namun ini mewakili sesuatu dari penurunan Bitcoin setelah mendapatkan lebih dari 300% pada 2020 yang dilanda lockdown. Tahun 2022, investor memiliki minat lebih besar pada investasi berbasis nilai ungkap pendiri East Paces Group Alex Reffet.
"Secara kolektif investor telah menunjukkan minat yang lebih besar pada investasi berbasis nilai dan lebih sedikit pada saham spekulatif dan investasi penyimpanan nilai alternatif," ujarnya.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47