BUKAMATA - Raksasa minyak dan gas Amerika, ExxonMobil mengakhiri keterlibatannya selama puluhan tahun di Rusia. Mereka keluar dari proyek minyak dan gas besar di lepas pantai timur Rusia dan mengumumkan tidak akan melakukan investasi baru di negara itu.
Langkah itu dilakukan ketika komunitas bisnis global semakin bergerak untuk mengisolasi Moskow atas invasi tak beralasan ke Ukraina, dikutip dari NPR, Rabu (2/3/2022).
Raksasa energi itu memainkan peran mencolok dalam tren saat mereka menanggapi invasi yang sedang berlangsung, sanksi yang dihasilkan, dan tekanan politik yang meningkat untuk menjauhkan diri dari pemerintah Rusia.
Selama akhir pekan, BP mengumumkan telah mengakhiri kemitraan dengan raksasa minyak milik negara Rusia Rosneft yang bernilai sekitar $25 miliar. Perusahaan Norwegia Equinor mengikutinya, begitu pula Shell.
Exxon memiliki sejarah panjang hubungan dekat dengan Rusia, dengan kepentingan perusahaan terkadang secara kontroversial menyimpang dari prioritas kebijakan luar negeri AS.
Tetapi jejak Exxon di Rusia telah menyusut dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar berkat sanksi AS yang dikenakan pada Rusia setelah invasi ke Krimea pada tahun 2014.
Namun Exxon terus mengelola proyek minyak dan gas Sakhalin-1, sebuah operasi yang rumit secara teknologi yang menghasilkan puluhan miliar dolar bagi pemerintah Rusia.
TAG
BERITA TERKAIT
-
Gempa Dahsyat Magnitudo 8,0 Guncang Rusia, BMKG: Berpotensi Tsunami hingga Indonesia
-
Rusia Jadi Negara Pertama yang Mengakui Pemerintahan Taliban di Afghanistan
-
Jalan Layang Runtuh, Tujuh Orang Dilaporkan Tewas
-
Kapal Tanker Rusia Terbelah Dua, Ribuan Ton Minyak Tumpah ke Laut
-
CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Bandara di Prancis