Ririn
Ririn

Kamis, 27 Mei 2021 12:23

Mahasiswa mengantri untuk memberikan suara dalam pemilu di Damaskus, Rabu 26 Mei 2021. (Voa)
Mahasiswa mengantri untuk memberikan suara dalam pemilu di Damaskus, Rabu 26 Mei 2021. (Voa)

Suriah Gelar Pemilihan Presiden, Al-Assad Diprediksi Peroleh 95% Suara

Berdasarkan perkiraan, Assad akan menang telak dalam pemilu tahun ini. Dua kandidat lainnya diprediksi tidak akan memperoleh lebih dari 5% suara.

BUKAMATA - Suriah menggelar pemilihan presiden pada hari Rabu (26/05/2021). Ini adalah pesta demokrasi kedua di negara itu sejak perang saudara dimulai pada tahun 2011.

Tahun ini, dua kandidat bersaing dengan Presiden Bashar al-Assad, yang telah berkuasa sejak tahun 2000.

Sayangnya, tidak semua orang bisa memberikan suara dalam pemilihan ini. Orang-orang di wilayah utara, yang dikuasai Kurdi dan daerah kantong yang dikendalikan Turki di sepanjang perbatasan tidak bisa ikut memilih presiden mereka.

Dan juga, ada kekhawatiran bahwa pemilihan ini akan jauh dari kata bebas dan adil.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mengatakan kepada pers asing bahwa pemerintah Suriah tidak mengikuti Resolusi PBB 2254, yang menyerukan konstitusi baru untuk negara tersebut, yang diikuti oleh pemilihan yang diawasi oleh PBB.

"Resolusi PBB 2254 mengamanatkan bahwa PBB memfasilitasi proses politik yang berujung pada penyelenggaraan pemilu yang bebas dan adil, sesuai dengan konstitusi baru yang diatur di bawah pengawasan PBB," katanya.

Namun Assad menampik tudingan tersebut. Dia mengatakan bahwa sebagai sebuah bangsa, "Suriah tidak mempercayai apa yang (negara-negara Barat) katakan, tetapi yang paling penting adalah apa yang dikatakan rakyat."

Penasihat Assad, Boutheina Sha'aban, juga membela jika pemilihan berlangsung adil. Dia mengatakan bahwa negara-negara yang mengkritik pemungutan suara adalah "negara yang sama yang mendukung dan mendanai teroris sejak 2011 dan ingin melihat Suriah memasuki kekosongan konstitusional."

Paul Sullivan, seorang profesor di U.S. National Defense University di Washington, mengatakan kepada VOA bahwa pemilu Suriah pada dasarnya cacat.

"Ini adalah penobatan diktator," katanya. "Saya tidak bisa melihat bagaimana orang bisa menganggap pemilu ini demokratis, mengingat keadaan yang tersisa dari mimpi buruk Suriah, pemerintahan diktator Assad, dan kemungkinan kemungkinan bahwa dia akan menang dengan lebih dari 95% suara."

Berdasarkan perkiraan, Assad akan menang telak dalam pemilu tahun ini. Dua kandidat lainnya diprediksi tidak akan memperoleh lebih dari 5% suara.

Selama pemilu terakhir pada tahun 2014, Assad memenangkan 89% suara. Dia telah menjabat sejak kematian ayahnya, pemimpin veteran Suriah Hafez al-Assad pada tahun 2000.

#Suriah

Berita Populer