Ririn
Ririn

Minggu, 28 Maret 2021 09:37

Kendaraan militer berparade selama Hari Angkatan Bersenjata nasional di Naypyitaw, Myanmar, pada 27 Maret 2021. (Foto: AP Photo)
Kendaraan militer berparade selama Hari Angkatan Bersenjata nasional di Naypyitaw, Myanmar, pada 27 Maret 2021. (Foto: AP Photo)

Lebih 100 Demonstran Ditembak Mati di Myanmar Pada Hari Angkatan Bersenjata

Menurut perhitungan media Myanmar, sebanyak 114 orang tewas di seluruh negeri di tangan pasukan keamanan pada hari Sabtu.

BUKAMATA - Pasukan keamanan Myanmar menembak mati lebih 100 pengunjuk rasa pada Sabtu (27/03/2021), yang bertepatan dengan perayaan Hari Angkatan Bersenjata negara itu.

Myanmar Now melaporkan bahwa 114 orang tewas di seluruh negeri di tangan pasukan keamanan. Sementara hitungan seorang peneliti independen di Yangon, menyebutkan bahwa total ada 107 yang kehilangan nyawa, tersebar di lebih dari dua lusin kota besar dan kecil.

Jika jumlah itu valid, maka hari Sabtu kemarin telah menjadi hari paling mematikan di Myanmar sejak kudeta pada 1 Februari.

"Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata," kata Dr Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti-junta yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, kepada sebuah forum online.

Selama parade Hari Angkatan Bersenjat di ibu kota Naypyidaw, pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan bahwa militer akan melindungi rakyat dan memperjuangkan demokrasi.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan berbeda. Myanmar Now melaporkan bahwa pasukan keamanan melepaskan tembakan ke kerumunan yang memprotes di luar kantor polisi di pinggiran kota Yangon Dala pada Sabtu dini hari. Sedikitnya empat orang tewas di sana, sementara 10 lainnya terluka.

Di tempat lain di distrik Insein di Yagon, tiga orang, termasuk seorang pemuda yang bermain di tim sepak bola lokal U-21, juga tewas ditembak.

Seorang bayi yang bermain di jalan di kota Yangon utara bahkan menjadi sasaran. Anak itu terkena peluru karet ketika polisi melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di dekatnya. Dia telah dilarikan ke rumah sakit oleh orang tuanya.

Lebih jauh ke utara dekat penjara Insein yang terkenal kejam, unjuk rasa menjelang fajar berubah menjadi kekacauan ketika tentara mulai menembak.

Seorang petugas polisi berusia 21 tahun, Chit Lin Thu, yang telah bergabung dengan gerakan anti kudeta tewas tertembak di sana.

"Dia ditembak di kepala dan meninggal di rumah," kata ayahnya, Joseph kepada AFP. "Saya sangat sedih untuknya, tetapi pada saat yang sama, saya bangga dengan anak saya".

Di Mandalay, pasukan keamanan juga menggunakan kekerasa. Sedikitnya sembilan orang tewas di wilayah itu, salah satunya adalah seorang dokter di Wundwin dan seorang gadis berusia 14 tahun di Meiktila.

"Empat orang dibawa ke kami tewas," kata seorang pekerja darurat dari kota Mandalay.

Di Myingyan, seorang pengunjuk rasa mengatakan bahwa dia menyaksikan seorang pria terbunuh karena terkena tembakan di bagian leher.

Di negara bagian Shan timur laut, pasukan keamanan menembaki juga mahasiswa, hingga menewaskan sedikitnya tiga orang. Sementara di kota wisata Bagan, pawai melalui pagoda kuno berubah menjadi kekacauan ketika seorang pemandu wisata yang ikut demo ditembak mati.

Kematian pada hari Sabtu menjadikan jumlah warga sipil yang dilaporkan tewas sejak kudeta menjadi lebih dari 400, menurut Reuters.

"Hari angkatan bersenjata Myanmar ke-76 ini akan tetap terukir sebagai hari teror dan aib," kata delegasi Uni Eropa untuk Myanmar. "Pembunuhan warga sipil yang tidak bersenjata, termasuk anak-anak, adalah tindakan yang tidak bisa dipertahankan."

Negara itu berada dalam kekacauan sejak para jenderal menggulingkan dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada awal Februari. Hal ini memicu pemberontakan besar, di mana orang-orang menuntut kembalinya demokrasi.

Militer membela langkah mereka merebut kekuasaan dengan alasan bahwa telah terjadi penipuan dalam pemilihan November yang dimenangkan partai Liga Nasional untuk Demokrasi Aung San Suu Kyi.

#Myanmar