
Swiss Akan Mengadakan Voting Terkait 'Larangan Burqa'
Pemerintah Swiss telah meminta para pemilih untuk menolak rencana tersebut, dengan mengatakan itu tidak ada gunanya karena hanya sedikit orang yang mengenakannya.
BUKAMATA - Orang-orang di Swiss akan memilih apakah setuju dengan larangan penutup wajah seperti burqa atau tidak di negara itu.

Partai sayap kanan Rakyat Swiss (SVP) telah mengkampanyekan larangan menggunakan 'penutup wajah' di depan umum, dengan alasan bahwa "tradisi kami adalah Anda menunjukkan wajah Anda." Mereka juga menggambarkan burqa sebagai simbol politik Islam yang ekstrim.
Salah satu iklan mereka berbunyi 'hentikan ekstremisme!' di atas gambar seseorang yang mengenakan kerudung dan cadar.
Tetapi pemerintah Swiss telah meminta para pemilih untuk menolak rencana tersebut, dengan mengatakan itu tidak ada gunanya karena hanya sedikit orang yang mengenakannya. Selain itu, mereka juga khawatir jika itu akan merusak pariwisata di negara Alpine.
Menurut laporan, proposal yang didukung SVP ini sudah memiliki cukup dukungan untuk memicu referendum.
Namun pemakaian masker terkait Covid tidak akan terpengaruh oleh larangan tersebut karena ada pengecualian bagi orang yang perlu menutupi wajah mereka dengan alasan kesehatan.
"Di Swiss, tradisi kami adalah Anda menunjukkan wajah Anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami," kata Walter Wobmann, anggota parlemen dari SVP.
Wobmann mengklaim pemungutan suara itu tidak menentang Islam itu sendiri, tetapi menambahkan bahwa "penutup wajah adalah simbol dari polisi Islam yang ekstrem yang telah menjadi semakin menonjol di Eropa dan tidak memiliki tempat di Swiss."
Muslim terdiri dari 5,2 persen dari populasi Swiss yang berjumlah 8,6 juta orang. Sebagian besar dari mereka berasal dari Turki, Bosnia dan Kosovo.
Tetapi pemerintah mengatakan sangat sedikit orang di Swiss yang memakai penutup wajah penuh dan justru kebanyakan terlihat pada pengunjung wanita yang hanya menghabiskan waktu singkat di negara itu.
University of Lucerne memperkirakan bahwa sedikitnya 30 wanita di Swiss secara teratur mengenakan niqab sementara tidak ada yang mengenakan burqa.
Muslim Swiss mengatakan partai-partai sayap kanan menggunakan pemungutan suara untuk mengumpulkan pendukung dan menjelekkan mereka, dan telah memperingatkan bahwa larangan itu dapat memicu perpecahan yang lebih luas.
"Niqab adalah lembaran kosong yang memungkinkan orang untuk memproyeksikan ketakutan mereka ke atasnya," kata Andreas Tunger-Zanetti, manajer Pusat Penelitian Agama di Lucerne.
"Tapi ... Anda sangat tidak mungkin bertemu seseorang di jalan Swiss yang mengenakannya."
Dia mengatakan larangan tersebut berisiko memperkuat citra Swiss sebagai anti-Islam dan dapat menimbulkan kebencian di antara sebagian Muslim.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47